PJJ dan Pendidikan Karakter

1,162 kali dibaca

Pandemi Covid-19 mengharuskan dilaksanakannya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) agar siswa terhindar dari risiko paparan virus namun tetap bisa belajar. Dengan demikian, dari sisi kognisi, hak-hak anak akan ilmu pengetahuan tetap terpenuhi —meskipun tak sefektif dalam masa pembelajaran normal. Namun, harus diakui bahwa dalam PJJ masalah pendidikan karakter menjadi terabaikan.

Pendidikan memang bukan cuma soal transfer pengetahuan (transfer of knowledge), namun juga menyangkut pembentukan karakter (character building). Dalam pembelajaran normal, misalnya, di sekolah atau madrasah akan dibiasakan untuk menaati peraturan dan pemberian sanksi jika ada pelanggaran, dan itu merupakan salah satu dari proses pembentukan dan pembinaan karakter terhadap siswa. Dalam PJJ, proses pembentukan karakter ini alpa. “Asal tugas selesai” dan dikumpulkan kepada guru pengampunya, pembelajaran dianggap selesai, dengan mengacuhkan permasalahan penanaman karakter positif kepada siswa.

Advertisements

Dalam pembelajaran, proses penanaman karakter dalam bentuk behavioristik memang bisa diaplikasikan pada tahap-tahap permulaan atau masa kanak-kanak. Namun, ketika memasuki fase dewasa, mulai dari tingkat SMP/MTs sampai jenjang berikunya, pembentukan karakter menjadi masalah krusial.

Masa remaja merupakan adalah peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, maka disiplin ilmu yang ketat harus dibarengi dengan penanaman nilai-nilai positif. Emosi dan mental yang masih labil berpotensi menjerumuskan jika tidak diimbangi dengan kepekaan dan kepedulian, terlebih masa pandemi di mana para siswa “terbelenggu” dalam rumah, namun merasa “aman” dari tembok raksasa, bernama “sekolahan/madrasah”.

Sayidina Ali bin Abi Thalib, sahabat Nabi yang mendapat gelar gudangnya ilmu, pernah mengatakan, “Didiklah anak-anakmu (dengan baik), karena sesungguhnya mereka adalah (bangsa yang akan hidup) di zaman yang (jauh) berbeda dengan zamanmu.”

Berkaitan dengan itu, sehubungan dengan masa pandemi, selama masa PJJ siswa akan lebih akrab gawai, dunia digital, dan media sosial. Jika tak memperoleh pendampingan dan pengendalian secara memadai, fenomena ini justri akan berpotensi memengaruhi mental dan pemikiran mereka.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan