Perihal Kebangsaan

1,462 kali dibaca

Di beberapa surat kabar nasional yang besar dan mapan, jauh sebelum ada media online dan media sosial, ada “tradisi” menugaskan dan menempatkan reporter di tempat-tempat yang jauh. Bukan sekadar jauh dalam pengertian geografis, tapi juga jauh dari identitas diri, jauh dari “siapa dirimu”.

Seorang reporter yang baru diterima di sebuah perusahaan pers, misalnya, akan ditugaskan dan ditempatkan di daerah yang jauh, jauh dari tempat kelahirannya. Jika seorang reporter baru tersebut kelahiran Jakarta, Yogyakarta, atau Surabaya, misalnya, ia akan ditugaskan di daerah Bali, atau Lombok (Nusa Tenggara Barat), atau Kupang atau Flores (Nusa Tenggara Timur), atau di pedalaman Papua, atau di daerah Aceh, di Padang atau Bukit Tinggi (Sumatra Barat), atau daerah-daerah di Kalimantan.

Advertisements

Tidak sekali dua kali. Mungkin setelah setahun atau dua tahun atau lebih ditempatkan di suatu daerah, seorang reporter akan ditugaskan dan ditempatkan ke daerah yang lain-lain lagi. Bertukar tempat daerah penugasan liputan dengan reporter-reporter lain, reporter-reporter yang juga terus “diputar” daerah liputannya, yang biasa disebut rolling.

Dengan rotasi daerah liputan, reporter yang terlahir sebagai orang Jawa “diharuskan” tinggal, misalnya, di daerah atau komunitas etnis atau suku lain, sebutlah etnis Madura, Bali, Dayak, Gayo, Nias, Badui, Sika, Samin, dan sebagainya. Dengan rotasi daerah liputan itu pula, para reporter “dipaksa” untuk tinggal bersama-sama dengan komunitas yang tidak seetnis, tidak seagama, tidak seiman. Mereka juga “dipaksa” untuk bisa tinggal bersama dengan orang-orang yang berbeda tradisi dan adat kebiasaannya.

Di beberapa perusahaan surat kabar besar, rotasi atau rolling daerah liputan seperti ini, “haram” ditolak hukumnya. Di dunia jurnalistik (kala itu), menolak penugasan sama artinya dengan mengundurkan diri. Tak hanya daerah liputan, rolling juga sering dilakukan untuk bidang liputan. Misalnya, dari desk politik ke ekonomi, dari desk ekonomi ke kriminal, dari desk kriminal ke sosial-budaya, dan sebagainya. Rolling-rolling seperti ini, termasuk rolling daerah liputan, akan menjadi salah satu syarat bagi reporter untuk “naik pangkat”. Misalnya, dari reporter untuk diangkat menjadi redaktur, redaktur pelaksana, atau bahkan mungkin pemimpin redaksi.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan