Pentingnya Literasi dalam Islam

1,543 kali dibaca

Menurut Abaidin Nata, Al-Qur’an adalah sumber utama rujukan umat Islam. Sumber di sini bisa dimaknai sebagai tempat yang darinya diperoleh bahan yang diperlukan untuk membuat sesuatu. Ajaran Islam ibarat sebuah bangunan yang di dalamnya terdapat nilai-nilai, ajaran, petunjuk hidup, dan lain sebagainya (Kencana, 2011).

Dalam tulisan ini, penulis mencoba mengurai pendidikan tauhid pada ayat literasi dalam Al-Qur’an. Ditarik lebih dalam, maka pembahasan dalam tulisan ini akan mencakup pada keilmuan tafsir yang bercorak tarbawi (pendidikan) dan juga sufisme.

Advertisements

Yang dipahami secara kalayak umum pengertian literasi sendiri adalah literacy yang diambil dari serapan bahasa Inggris yang berarti sarana untuk sumber belajar. Dan pada sarana ini, merujuk pada kemampuan seseorang dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, juga memecahahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Kemampuan literasi merupakan keterampilan penting yang sebenarnya harus dimiliki seseorang. Sebagian besar pendidikan bergantung pada kemampuan dan kesadaran literasi mereka masing-masing. Karenanya kemampuan ini merupakan langkah awal yang sangat penting dalam proses pembelajaran yang produktif. Dan dengan kemampuan literasi yang baik itu pula, seseorang itu mempunyai daya serap yang baik terhadap inforasi yang diperoleh sehingga dapat menghasilkan gagasan-gagasan dan juga sebuah karya.

Dalam sejerahnya, Al-Qur’an sendiri sudah menyinggung literasi pada awal turunya wahyu pertama yaitu surat al-‘Alaq ayat 1-5. Kata iqra’ dalam surat tersebut  kalau kita translit dalam bahasa Indonesia mempunyai makna perintah membaca. Hal itu menjadi awal emberio lahirnya sebuah kebiasaan seseorang khususnya umat Islam dalam berliterasi.

Secara gamplang memang kita sudah bisa menebak bagaimana pentingnya literasi dalam Islam melalui perantara Al-Qur’an. Tetapi meskipun begitu, kita tidak boleh secara gampang mengartikan sesuatu yang ada di Al-Qur’an dengan pemaknaan pribadi. Kita masih membutuhkan mufassir (ulama yang menafsiri Al-Qur’an). Ibarat tradisi minum orang Jawa yang mengumpamakan hal ini, seperti ketika seseorang yang minum minuman yang masih panas, lalu seseorang tersebut menuangkan minuman tersebut pada sebuah lepek (alas cangkir) untuk menyeduh minuman tersebut agar tidak terlalu panas untuk dikonsumsi.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan