Penjaga Keadilan

1,165 kali dibaca

Seorang pengacara wanita terhebat di kota ini berdiri di depan persidangan. Kali ini ia meneteskan air mata. Sejak itu, setiap kali ia memenangi kasus, air matanya selalu mengalir karena teringat masa lalunya.

“Terima kasih Bu Emi, telah membantu membebaskan Bapak kami,” kata Aldi, putra terdakwa di persidangan itu.

Advertisements

“Itu sudah menjadi kewajiban saya membatu orang yang tidak bersalah. Tidak perlu sungkan,” jawab Emi, seorang pengacara dari sebuah lembaga bantuan hukum (LBH).

Emi memang terbilang seorang pengacara hebat. Ia juga tercatat sebagai pendiri LBH Al-Adli. Karena selalu memenangkan berbagai kasus yang ditangani, namanya masyhur sampai di mana-mana. Masyarakat pun sangat kagum kepada Emi karena ia tidak meminta honor untuk memenangi kasus ketidakadilan yang dialami oleh masyarakat miskin.

Masa lalunyalah yang membuatnya berprinsip “untuk membela ketidakadilan, ia tidak perlu bayaran.”

***

Di suatu petang dua puluh enam tahun lalu, Arya sangat lapar. Kesibukannya menjaga ruko serta harus mengantar dan menjemput Emi mengaji membuatnya tidak sempat membeli makanan. Ia lalu menyalakan kompor untuk memasak mi instan. Sambil menunggu air mendidih, ia berniat meminjam pompa motor di bengkel yang berada di gang sebelah.

Tak disangka, ketika sampai depan took Arya terlihat panik ketika melihat toko tempatnya bekerja terbakar. Melihat kejadian itu, Arya berteriak memanggil para tetangganya.

“Kebakaran… kebakaran… kebakaran. Tolong ada kebakaran!”

Ia amat panik ketika api semakin membesar dan melahap lantai dua rukonya. Dicarinya timba di sekitar toko. Saat ia menemukan sebuah timba yang sudah terisi, ia langsung menyiramkan ke arah api. Ketika isi timba tumpah ke api, ia terkejut karena api semakin membesar hingga menjilat lengannya. Sementara di lantai dua, terdengar suara orang meminta pertolongan.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan