Penista Agama dan Pecundang

735 kali dibaca

Agama merupakan pilihan bagi seorang manusia. Sebagai kepercayaan yang dianut oleh masing-masing personal, maka menjadi hak yang tidak boleh diganggu. Setiap individu memiliki kebebasan untuk menganut kepercayaan atau agama yang diyakininya. Maka ketika seseorang telah mantap dengan pilihan agamanya, tidak ada seorang pun yang boleh memaksa untuk keluar dari keyakinan yang dianutnya.

Adalah sangat keliru ketika seseorang yang menista atau mengolok-olok agam tertentu. Bahkan, agama mayoritas ataupun agama minoritas tidak selayaknya menjadi sebuah cacian dan makian. Saya teringat dengan sebuah tulisan dengan judul Wabah itu Bernama Kebencian yang ditulis oleh Mukhlisin. Dalam artikel tersebut dijelaskan betapa sebuah kebencian telah menghilangkan akal sehat. Logika sesat seringkali dijadikan alibi untuk membenarkan kebencian itu sendiri. Maka sudah selayaknya untuk membenahi logika berpikir, agar terjadi nilai keluhuran dalam berkehidupan.

Advertisements

Penista Agama

Salah satu suara kebencian yang saat ini viral di berbagai platform pemberitaan adalah Muhammad Kece. Orang ini melalui akun youtube mencoba membangun kebencian lewat caci maki terhadap agama Islam. Meskipun marwah Islam tidak akan luruh oleh caci maki dan ungkapan sumbang lainnya, akan tetapi karakter kebencian tetaplah sebuah kenaifan. Perlu pembelajaran dan diajari bagaimana menghargai dan menghormati agama orang lain. Bahkan sekalipun itu agama yang pernah ditinggalkan.

Dalam sebuah pemberitaan, Muhammad Kece adalah seorang yang murtad (keluar dari Islam). Akan tetapi, soal ini masih perlu kejelasan (tabayyun), karena membaca dan menafsirkan Al-Quran masih salah dan bukan pada tempatnya. Bahkan, sekalipun fasih dan pandai menafsir sekalipun, bukan suatu kebaikan saat harus membenci dan sekaligus memaki agama tertentu.

Di dalam Al-Quran dijelaskan, “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang sesat. Karena itu siapa yang ingkar kepada Thâgūt dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha endengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 256).

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

5 Replies to “Penista Agama dan Pecundang”

  1. Gerakan untuk memecah belah itu sudah dimobilisasi sejak dulu, dan bentuk serta cara untuk memecah belah macem2, yang kelihatan adalah model Takfiri, dan kita tahu, cara ini secara geneologi lahir dari mana? Dan agaknya sudah diisyaratkan oleh Nabi sejak beliau ditodong pedang oleh salah seorang pengikut Nabi karena menganggap tidak adilnya pembagian harta rampasan perang.
    Bisa jadi Pak Kace adalah representasi geneologi model-model Takfiri itu. Bisa jadi lho ya…. Hehehe belum tentu maksud saya… Hehehehe

    1. Terima kasih Ustaz, atas komentar yg mencerahkan ini. Artinya kita akan selalu dihadapkan pada ujian dan cobaan terkait dengan kasus ini. Tentu kita harus mengatur langkah, setidaknya, sekali lagi, setidaknya kita sebagai santri tidak terprofokasi oleh orang pemecah belah bangsa.

      Saya yakin, jika kasus “Nabi diancam pedang” diangkat di duniasantri.co akan lebih memberikan deskribsi tentang gejolak pertentangan sudah ada sejak awal datangnya Islam. Ayo, segera diproses, Istaz, hee…

Tinggalkan Balasan