NARASI WAKTU

1,033 kali dibaca

ORETAN SANTRI UNTUK NEGERI

jangan sembunyi di lorong-lorong sunyi yang terkurung waktu, sobat. pesantrenku tak pernah silau semenjak dunia mulai diperkosa alat-alat canggih dari luar negeri. tak pernah tertipu oleh tawaran sampah-sampah peradaban yang serba sibuk kesusuk. siang malam aspal telanjang seorang diri dengan kejahatan pemerkosaan stasiun jalanan. namun pesantrenku, sebagaimana mata air yang terus mengalir, mencerahkan hakikat dan tarekat. kami memilih istikamah bukan kesederhanaan hidup digubuk reot tak lagi bergengsi, sebagaimana napas kami adalah ayat-ayat suci yang terus memanjang dalam nadi.

Advertisements

serupa santri. walau lelah ia tak lepas dari antrean, panjang pemandian, meski, kadangkala lelah melafal Allahu, namun tetap teguh tanpa ragu.

amboy… kerap orang-orang bertanya tentang santri, bagaimana kami menyandang kitab-kitab suci, pasrah menghidupi mimpi hanya dengan ikhtiar pada sang Ilahi, komat kamit serupa wirid terus memanjang di hati, serta melangitkan harap dalam doa-doa untuk keluarga dan diri, juga tawadhu pada perintah tangan kanan sang kiai.

siapakah santri, aku masihlah bertanya-tanya?

Annuqayah Lubangsa F/05, 2022

DIAM

Diamku adalah doa yang mengalir tanpa akhir sepanjang hayat
Tanpa ada sebuah rasa yang kupenjara dalam pusara rasa
Hingga ritus doa-doa masihlah kutelanjangkan
Walau nyenyak seringkali bersujud pada hamparan sajadah

Dinda, apakah di sisi pagimu telah mengalir segala doa yang kusisipkan
Seperti ungkapan dingin embun kepada perasaan
Barangkali segigil basah daun masih tergenang
Hingga senyum masihlah mengelabui dahan-dahan otakku

Giliyang, 2022

NARASI WAKTU

Untuk kita, dinda
Telah kutemu pada reranting sedih musim ini
Ketika sorot mata mencoba menerjemah dedaunan
Yang perlahan gugur satu-satu

Sempat aku tak percaya lagi sayang

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan