Misteri Beras Mbah Wali

1,400 kali dibaca

Tak ada yang tahu pasti dari mana Mbah Saben berasal. Pakaiannya yang compang-camping itu selalu membikin aku penasaran. Aku berspekulasi bahwa ia adalah seorang wali. Sebagai orang lapangan, aku tahu sedikit banyak tentang aktivitasnya. Setiap malam, ia selalu datang ke rumah-rumah orang miskin, menaruh sekantung beras di setiap teras rumah.

Zaman terlampau hedonis seperti ini, siapa yang mengira masih ada orang seikhlas Mbah Saben yang memberi tanpa ada keinginan untuk diketahui seorang pun? Aku pun, andaikata Mbah Saben tahu bahwa aku telah mengetahui aktivitasnya itu, tak lama pastilah ia akan pindah tempat.

Advertisements

Sebab, jauh hari sebelum aku menyaksikannya membagi-bagikan beras itu, ia berkata: “Aku hanya seorang gelandangan, Le. Bila aku menetap di sebuah tempat dan ada yang mengetahui kesejatian diriku, atau paling tidak tahu tentang kebaikanku, tak lama aku akan pindah dari tempat itu.”

Maka aku memilih untuk berlagak tidak mengerti.

Perkataan itulah yang membuatku penasaran tentang sosoknya. Sejak itu, setiap malam aku menjaga pos ronda sambil memerhatikan aktivitas Mbah Saben. Itupun dengan sembunyi-sembunyi. Sudah sekitar tiga bulan ini aku selalu menyaksikannya membagi-bagikan beras tiap malam.

Malam itu, bersama teman-teman, aku duduk di pos ronda sambil menyaksikan pertandingan sepak bola antara Manchester United dan Real Madrid. Kami saling teriak membabi-buta. Dan di tengah kebisingan teriakan itu, kulihat Mbah Saben berjalan membelakangi kami. Ia mengenakan baju hitam bercelana hitam, dan sebagaimana biasa; rambutnya yang putih tak beraturan itu menyembul menambah kewibawaannya.

“Mbah,” sapaku padanya dengan suara agak keras. Baru malam ini aku berani menyapanya semenjak tiga bulan lalu meyakini bahwa Mbah Saben bukanlah orang sembarangan. Ia tidak sekadar orangtua dan gelandangan seperti perkataannya, tetapi orang yang berhati malaikat.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan