Menyelami Khazanah Berpikir dari Esai-esai Reflektif

1,582 kali dibaca

Iqbal mencitrakan dirinya sosok yang kritis, tajam, aktual, dialogis, dan diskursif.

Begitulah sepenggal kalimat yang ditulis Edi AH Iyubenu di pengantar buku ini, yang diberi judul Dilarang Mengutuk Hujan. Barangkali bukan hanya saya yang mengakui itu. Pembaca dan penikmat buku lainnya mungkin memiliki pendapat yang sama tentang esais Iqbal Aji Daryono. Gagasan yang segar dan berbeda dapat kita nikmati dari kumpulan esai-esai yang ditulisnya di beragam media.

Advertisements

Buku ini termasuk dari kumpulan esai-esai reflektifnya di salah satu media nasional dalam rentang waktu 2017 hingga 2020. Kecerdikan dan kepiawaian Iqbal dalam membangun sudut pandang merupakan implikasi dari lingkaran pertemanannya yang luas dan bagus, jelajah bacaan serta kedalaman Iqbal dalam menyelami langgam pemikiran dan kebatinan.

Sebagai seseorang yang pernah berguru langsung sekaligus penikmat esai-esainya di Detik.com, tentulah saya barangkali juga yang lain akan memujinya. Tak sedikit esais yang gaya tulisannya seperti Iqbal. Tetapi, ia brilian dalam membangun sudut pandang, dan menyuguhkan perspektif. Hingga menjadi pembeda dari para penulis esai reflektif lainnya, seperti Mohammad Sobari dan Mahbub Junaidi.

Di esai pertama, “Sawah-sawah yang Berubah Menjadi Perumahan”, pembaca disuguhi oleh beragam pendapat warga kampung perihal keluhungan memelihara keasrian sawah versus laju pembangunan yang meniscayakan pengorbanan besar.

Di bagian kedua, “Perubahan Zaman” perlahan menggeser buku sebagai konsumtivisme intelektual. Iqbal membangun argumennya lewat proses refleksi buku-buku yang dimiliki juga pengamatannya akan gaya hidup generasi zaman sekarang.

Esai “Perihal Angka-angka Kolesterol” dalam general check up di hadapan sate-sate kambing yang menggugah selera. Iqbal membangun sudut padangangnya lewat cerita nyata banyak orang berumur panjang meski tetap makan sate plus penjelasan metematis saintis dan medis.

Lalu di bagian esai Perihal Tragedi Pembantaian Mesir yang diduga pelakunya beragama Islam, pembaca disuguhi dengan kedalaman pemaknaan sekaligus mengajak berpikir logis. Islam sebagai agama memiliki alat tertentu dalam menyampaikan substansi-substansi ajaran. Sebab, zaman Rasulullah sangat berbeda dengan masyarakat sekarang. Maka dari itu, alat bahasa dalam menyampaikan ajaran agama juga pastilah berbeda.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan