Mental Singa Santri dalam Merebut Kemerdekaannya

1,532 kali dibaca

Santri identik dengan pesantren. Mereka adalah para pelajar yang sedang menimba ilmu di pondok pesantren. Di sanalah, para santri banyak mendapatkan pelajaran keagamaan. Berbagai ilmu agama diajarkan di dalam pesantren, di antaranya Al-Qur’an, hadis, fikih, nahu, dan lain-lain. Namun, pembelajaran tersebutpun hanya dilakukan di dalam area pesantren saja. Sangat jarang, ada proses pembelajaran keluar pesantren seperti study tour atau semisalnya.

Tidak berhenti sampai di situ, suasana pembelajaran di pesantren terlalu pasif. Hal ini disebabkan oleh minimnya kreativitas dan juga inovasi guru dalam pengembangan metodologi pembelajaran aktif, sehingga membuat daya kritis santri menjadi lemah. Selain itu, hubungan guru dan murid yang cenderung feodal yang ada di pesantren, membuat santri terkungkung dalam kenyamanan pasif. Mereka menjadi tidak memiliki kritisisme yang cukup untuk mengajukan pendapat atau gagasannya.

Advertisements

Salah satu contoh pembelajaran pasif adalah pembelajaran dengan metode wetonan (bandongan). Metode ini adalah salah satu metode pengajian dengan cara guru membaca, menjelaskan. Sesekali santri mencatat dalam buku catatan mereka tentang hal-hal yang di anggap penting. Namun, tidak ada kesempatan santri untuk bertanya, berdiskusi ataupun mengkritisi keterangan yang telah dijelaskan oleh sang guru.

Di sinilah letak kurangnya pelatihan mental mereka. Mereka tidak dibiasakan untuk cakap dalam mengemukakan pendapatnya, tidak dibiasakan untuk berbicara di hadapan umum, sehingga yang mereka ketahui hanya sebatas itu-itu saja. Tanpa tergugah untuk memiliki mental singa. Bagaimana mental singa itu?

Mental singa adalah sikap seseorang yang memiliki keberanian lebih untuk membasmi kejahatan ataupun ketidakadilan. Ia berani untuk menegakkan sesuatu yang memang harus ditegakkan. Ketika ada suatu keburukan, jiwanya tergugah dan merasa wajib untuk membasminya. Jiwa tersebut sudah terlatih kebal dengan berbagai ancaman yang merusak. Baginya, jika itu memang sesuatu yang benar, ia akan dengan tegas menjalankannya. Sebaliknya, jika itu sesuatu yang salah, ia akan dengan lantang menolak bahkan berusaha merubahnya menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan