Islam Kaffah

Menjadi Muslim yang Kaffah

1,091 kali dibaca

“Tidak ada penyakit yang lebih berbahaya yang merasuk ke dalam akal, tubuh, dan semangat kaum Muslimin kecuali masuknya al-jahalah (orang-orang bodoh) ke dalam segala urusan.”

Begitulah kira-kira perkataan Muhammad Abduh, sang pembaharu Islam berkebangsaan Mesir. Ketika seorang bodoh memiliki kekuasaan, maka kebijakan yang dibuat hanya memperturut hawa nafsu. Saat memahami agama, tafsir yang diamini digunakan untuk melegitimasi perbuatan buruknya. Pun demikian ketika mengurusi perihal ekonomi, banyak terjadi korupsi dan hal-hal yang tidak benar.

Advertisements

Orang Islam yang pemahamannya dangkal dan memiliki egoisme yang tebal, hanya akan membenarkan pendapat dirinya sendiri. Padahal, apa yang ia yakini itu belum tentu mencapai taraf kebenaran dan mempunyai kredibilitas keilmuan.

Semangat keberislamannya tinggi, tetapi tidak dibarengi dengan pengkajian yang mendalam. Alhasil, serangkaian aksi terorisme, membunuh orang yang beda agama atau bahkan beda mazhab sekalipun, dianggap sebagai bagian dari jihad fisabilillah dan diganjar surga.

Demikian itu yang membuat merebaknya islamofobia. Islam dianggap sebagai agama teroris, mengeksploitasi perempuan, serta mendukung kekerasan. Padahal, Tuhan menurunkan Islam ke dunia ini untuk dijadikan pegangan agar sesama mereka dapat berkasih sayang. Sebagai petunjuk dan norma kehidupan.

Namun, nilai-nilai luhur yang Islam miliki kemudian rusak gegara dipegang oleh orang bodoh. Oleh sebab itu, Tuhan mewajibkan kepada umat Islam, baik sejak lahir maupun sampai meninggal, berkewajiban untuk selalu mencari ilmu. Di titik ini, bukti kasih sayang dari Tuhan begitu nyata. Bahwa benar Tuhan akan selalu memberi dan memudahkan jalan bagi orang menuntut ilmu, pun juga akan diberi pahala yang melimpah. Bahkan, bagi seseorang yang sedang menuntut ilmu lalu meninggal, maka akan dikategorikan sebagai mati syahid di jalan Tuhan.

Oleh sebab itu, Tuhan telah menakdirkan para rasul sebagai perantara-Nya untuk mendidik manusia. Membebaskan manusia dari situasi dunia yang gelap menuju terang benderang. Seperti firman-Nya, “Yukhrijuhum minazh zhulumati ilan nur.” Ayat ini begitu indah dan metaforis. Gelap bukan berarti ruang tanpa cahaya, bukan tanpa matahari, bulan, ataupun bintang. Sebab, ketiganya terus berpendar semenjak diciptakan. Namun, gelap yang sebenarnya ialah ketidaktahuan dan ketidakmengertian.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan