Mengenal Sabilul Jannah, Kitab Fikih Praktis Karya KH Ghazali Ahmadi

1,900 kali dibaca

Di pondok pesantren, fikih selain termasuk salah satu kitab paling populer di kalangan santri, juga menjadi bacaan wajib. Apalagi di tingkat Ma’had Aly, fikih seakan telah menjadi “makanan sehari-harinya”. Sebab, dapat mengantarkan seorang hamba menuju Tuhan melalui jalur beribadah kepada-Nya. Karenanya, belajar fikih merupakan suatu keniscayaan (wajib) bagi seluruh umat Islam.

Dari saking urgennya, tidak sedikit para ulama menelurkan karya-karya di bidang fikih, tak terkecuali ulama-ulama Nusantara, di antaranya Allah Yarham Sang Maha Guru KH Ghazali Ahmadi. Kiai Ghazali Ahmadi merupakan salah satu santri kinasih KHR As’ad Syamsul Arifin, pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo. Kiai Ghazali Ahmadi kemudian menjadi pengasuh Pondok Pesantren Zainul Huda, Duko Laok, Arjasa Sumenep.

Advertisements

Mungkin publik tidak banyak yang mengetahui akan sosok Kiai Ghazali ini. Namun, diakui atau tidak, Kiai Ghazali merupakan salah seorang ulama Nusantara yang dikenal sangat produktif dengan menulis beberapa kitab. Ada sekitar 10 karangan lebih yang sudah terlahir dari ketekunan Kiai Ghazali. Salah satu karyanya yang sangat monumental dan masih eksis dikaji sampai saat ini ialah kitab Sabilul Jannah.

Sabilul Jannah merupakan kitab fikih praktis yang dikarang oleh Almarhum KH Ghazali Ahmadi. Menariknya, kitab ini tidak seperti kebanyakan kitab fikih pada umumnya yang dikenal akan tingkat kerumitan dan kesulitannya, khususnya bagi para pemula. Namun, Sabilul Jannah ditulis berbahasa Madura dengan Arab Pegon. Dengan tujuan untuk mempermudah bagi pemula yang hendak belajar ilmu agama (ikhwal furudhul ainiyah).

Pun, di bagian awal kitab Sabilul Jannah, Kiai Ghazali menulis 12 kitab yang menjadi rujukannya, mulai dari Ihya Ulumuddin, I’anah al-Thalibin, Kifayatul Akhyar, Durratun Nasihin, dan lain sebagainya. Sayangnya, kitab Sabilul Jannah ini tidak memuat keterangan tahun kapan ditulis. Yang pasti, kitab ini ditulis pada waktu Kiai Ghazali masih menjadi santri di Pondok Pesantren Sukorejo, Situbondo. Sebab, kitab ini dijilid bersamaan dengan karya KHR As’ad Syamsul Arifin, yaitu Isra’ Mi’raj.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan