Mengenal Disleksia

1,098 kali dibaca

Disleksia. Yaps, menurut sebagian orang, disleksia merupakan salah satu istilah yang asing di telinga. Tapi menurut sebagian orang lagi, disleksia justru bak makanan sehari-hari yang tidak asing dan sudah familiar. Dikatakan demikian, karena terdapat banyak buku bacaan serta rujukan dari internet mengenai aspek lingkup dari disleksia itu sendiri. Namun, seperti percuma saja bila minat baca kita masih setengah-setengah dan cenderung bermalas-malasan.

Apa sebenernya disleksia itu? Nah, di sini saya akan menjelaskan sedikit terkait disleksia.

Advertisements

Proses perkembangan dan pertumbuhan yang dilalui oleh anak-anak lazimnya diikuti oleh rasa excited dari kedua orangtuanya. Setiap tahapan perkembangan yang dilalui oleh seorang anak, baik berupa kecakapan, keahlian, kemahiran, dan lain sebagainya tentu akan disambut dengan kegembiraan dan kelegaan dari kedua orangtuanya.

Tetapi sebaliknya, semua orangtua pasti akan merasa sangat cemas apabila terjadi kejanggalan atau keanehan dari tahap tumbuh kembang anaknya yang berbeda dengan anak anak pada umumnya.

Tidak sedikit orangtua yang segera memeriksakan kondisi anaknya itu ke rumah sakit untuk segera ditangani. Namun tidak sedikit pula yang cuek dan cenderung membiarkan nya saja. Hal itu bisa terjadi karena beberapa faktor seperti faktor finansial yang kurang memadai sampai kurangnya rasa sayang dan cinta kepada anaknya sendiri.

Sebenarnya, disleksia merupakan sebuah gangguan belajar yang menyudutkan dirinya sendiri sebagai kesulitan dalam membaca, menulis, mengeja, dan lain sebagainya. Hal itu bertolak belakang dengan kesulitan membaca karena penyebab lain, seperti kekurangan non-neurologis, kemampuan pengelihatan dan pendengaran, serta kemampuan memahami instruksi yang kurang tepat.

Sebenernya, penderita disleksia tidaklah bodoh. Stigma masyarakatlah membuatnya seperti dikucilkan atau dianggap bodoh. Padahal, kenyataannya tidak demikian. Banyak penderita disleksia yang mempunyai IQ rata-rata atau bahkan di atas rata-rata.

Mungkin, bagi orang yang mempunyai jiwa simpatisme (simpati dan empati)yang tinggi, pasti pernah muncul dalam benak akan bagaimana rasanya jadi menpenderita disleksia itu?

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan