Membaca Ulang Pemikiran Ibn Taimiyah

713 kali dibaca

Dalam khazanah abad pertengahan, kedudukan antara akal dan wahyu mendapat banyak perhatian. Atensi terhadap dua entitas ini yang nantinya juga berpengaruh bagaimana corak pemikiran yang dihasilkan selanjutnya. Hal tersebut masih sering banyak dikaji di dalam studi Islam belakangan.

Salah satu ulama yang menaruh perhatian pada isu tersebut adalah Ibn Taimiyah. Pemikirannya tidak sedikit mempengaruhi khazanah keislaman mutakhir. Saya berani menjamin, jika disebut nama Ibn Taimiyah, yang telintas di pikiran banyak orang adalah Mazhab Salafi cum Wahabisme. Itu bukan sesuatu yang berangkat dari kekosongan, sebab memang para pegiat yang sering mendaku penganut Mazhab Salaf banyak menukil Ibn Taimiyah.

Advertisements

Ia sendiri juga banyak mempengaruhi Muhammad bin Abdul Wahab. Kita paham, gerakan purifikasi Muhammad bin Abdul Wahab (1115-1206 H/ 1703-1792 M) di tanah Arab bertepatan dengan superioritas dinasti Saud. Salah satu catatan yang masih segar dalam ingatan kita adalah ketika Raja Saud hendak membongkar makam Nabi Muhammad Saw. Isu yang terakhir ini sekaligus punya andil besar dalam terbentuknya Nahdlatul Ulama (NU) dengan Komite Hijaz-nya. Seperti itulah catatan sejarah yang mendominasi hingga detik ini.

Ibn Taimiyah lahir di kota Harran dan besar di kalangan Mazhab Hanbali. Barangkali, corak pemikiran Ibn Taimiyah ini tidak pernah kalis dari corak yang dianut Mazhab Hanbali. Meski di sini tidak hendak dijelaskan, kohesi antara keduanya, sekadar memperjelas kondisi sosiologis Ibn Taimiyah dibesarkan. Sehingga, ketika suatu saat kita menemukan corak yang bersentuhan antara Ibn Taimiyah dengan Mazhab Hanbali, tentu tidak akan mengejutkan. Karena Ibn Taimiyah memang besar di kalangan Mazhab Hanbali.

Selanjutnya, kita akan coba menengok bagaimana alur pemikirannya serta melakukan pembacaan ulang. Sebagai ulama yang tercatat sangat produktif dengan berbagai karangannya, tentu perlu kiranya untuk membaca beberapa poin penting dalam pemikirannya. Hal itu juga nanti bisa ditarik benang merah —sejauh mana pengaruh pemikiran Ibn Taimiyah sendiri dalam studi Islam mutakhir. Dalam wacana wahyu dan akal, tentu bisa dengan mudah dikatakan, bahwa Ibn Taimiyah lebih mendahulukan wahyu. Ia meletakkan inferioritas akal di bawah dominasi wahyu. Artinya, inferioritas akal dianggap tidak bisa melangkahi wahyu (nash).

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan