Membaca Proses Kenabian dan Kerasulan Muhammad (3)

889 kali dibaca

“Kemudian beliau merasa senang berkhalwat (menyendiri) selama berhari-hari di Gua Hira hingga perbekalannya habis, lalu pulang ke Khadijah dan mengambil bekal untuk hari-hari berikutnya,” lanjutan redaksi hadis.

Kejadian datangnya mimpi nyata yang emanatif seperti cahaya fajar menyingsing itu dialami Muhammad tidak menentu. Kadang dalam keadaan tidur pada malam hari, tetapi bisa saja terjadi pada siang hari setiap kali beliau lengah atau mengalami kontemplasi spiritual. Bila mimpi itu datang, Nabi Muhammad seketika melihat pemandangan-pemandangan indah yang menyejukkan dan menenangkan jiwa sekaligus melapangkan dada.

Advertisements

Usai mengalami mimi-mimpi itu, Nabi Muhammad menjadi lebih senang berkhalwat di Gua Hira untuk melakukan ibadah. Sufi agung Ibnu ‘Arabi pernah berbicara tentang jiwa yang merasakan rindu dan jiwa yang mendapat titian menuju cahaya ilahi akan selalu terdorong untuk melakukan khalwat dan menjauhi keramaian.

Apa yang menimpa beliau adalah perkara kenabian. Tidak pantas bila peristiwa itu terjadi saat beliau sedang sibuk dengan urusan dunia dan berada di keramaian, atau bahkan di tengah keluarga; istri dan putra-putrinya, demi keagungan Muhammad dan keagungan persitiwa tersebut.

Nabi Muhammad sudah senang berkhalwat semenjak jiwanya sadar akan kebenaran agama Nabi Ibrahim, dan bergejolak mencarinya. Tempat khalwatnya ada di mana-mana, di hampir setiap gua pada bukit-bukit yang mengitari Makkah. Menjelang penerimaan wahyu, khalwat beliau lebih lama dari biasanya dan bertempat di Gua Hira dalam rangka persiapan kenabian.

Sementara waktu, Nabi Muhammad harus menghindari keramaian dan pergaulan umum agar transformasi spiritualnya sempurna sehingga mampu menerima risalah. Lalu kelak kembali ke dunia nyata sebagai Nabi dan Rasul untuk mengajak manusia seluruhnya kepada keimanan yang telah Allah patrikan ke dalam batinnya. Kemudian beliau melakukan tahannuts sebagaimana diungkap dalam redaksi hadis.

Tahannuts sendiri adalah istilah baru. Sebagaian ulama sirah memaknainya dengan ibadah terus-menerus sepanjang malam. Pemaknaan ini sesuai dengan redaksi lafaz hadis. Penafsiran lain memberikan arti ‘kegiatan berderma’ dalam rangka pembersihan jiwa.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan