Memaknai Ibadah dalam Kehidupan Sehari-hari

7,192 kali dibaca

Judul Buku             : Tidak di Kabah, di Vatikan, atau di Tembok Ratapan: Tuhan Ada di Hatimu

Penulis                    : Husein Jafar Al-Hadar

Advertisements

Penerbit                  : Noura Book Publishing

Tanggal terbit         : Juli  2020

Jumlah Halaman    : 250

 

Suatu hari seorang sahabat melihat khalifah keempat ini sedang salat dengan khusuk. Ada kesan Sayidina Ali seakan-akan sedang berdiri di hadapan maharaja dan tidak memedulikan orang-orang di sekitarnya yang juga beribadah di masjid. Sahabat itu keheranan dan bertanya selepas Sayyidina Ali merampungkan salatnya.

“Ya Ali, apakah engkau melihat Tuhanmu di kala engkau beribadah?”

“Aku tidak  menyembah Tuhan yang tidak aku lihat,” kata Sayyidina Ali.

Keheranan sang sahabat bertambah dengan jawaban itu. Dia pun kembali bertanya, “Bagaimana engkau bisa melihat Tuhan?”

“Allah SWT tidak dilihat oleh mata atau di arah tertentu,” kata Ali. Dia diam sebentar sebelum melanjutkan penjelasannya. “Melainkan dengan hati dan ada di semua arah”.

Tuhan ada di hatimu. Pernyataan tersebut adalah sebuah metafora. Metafora ini hanya untuk menggambarkan bahwa sejatinya hati kita harus selalu ingat Tuhan. Jika hati kita sudah diisi Tuhan, kita tersadar bahwa semua yang kita lakukan dengan rahmat-Nya. Perlu diingat bahwa segala sesuatu juga harus diniatkan untuk ibadah yang harus dilakukan dengan sebaik-baiknya agar menjadi amal kita.

Banyak masyarakat awam sekarang salah kaprah dalam memaknai beribadah. Mereka memaknai beribadah harus berupa aktivitas fisik yang kaku. Seharusnya, manusia yang beriman menghadap ke mana pun, kita melihat kebesaran Allah yang membuat kita selalu ingat kepada-Nya. Bukan hanya di Kabah, tapi juga di gubuk-gubuk orang miskin, di rumah-rumah yatim, bahkan di lembaga pemasyarakatan. Masjid bisa roboh, Kabah bisa sepi, tapi hati manusia yang beriman akan abadi dalam ketaatan dan kecintaan pada-Nya.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan