Memahami Tafsir Kontekstual Fazlur Rahman

2,360 kali dibaca

Tafsir sebagai salah satu dari sekian disiplin ilmu keagamaan Islam selalu menjadi diskursus dan rujukan umat. Hal ini tentu tidak terbantahkan, mengingat disiplin ilmu tafsir memuat kajian dan syarah dari ayat-ayat Al-Quran. Sehingga, tafsir menjadi salah satu jembatan dalam memahami Al-Quran dan pengambilan hukum Islam (istinbat).

Disiplin ilmu tafsir terus berkembang selaras dengan era yang berakselerasi. Perkembangan ini setidaknya berangkat dari dua hal. Pertama, pandangan dan pemahaman pegiat studi Al-Quran (tafsir) yang semakin berwarna. Kedua, munculnya keresahan dan problema umat yang bertambah kompleks.

Advertisements

Dari perkembangan tersebut muncullah sebuah pendekatan tafsir kontemporer, yakni pendekatan kontekstual. Pendekatan ini pertama kali ditawarkan oleh Fazlur Rahman, pemikir muslim sekaligus pegiat studi Al-Quran abad ke-20. Fazlur Rahman menghadirkan sebuah tawaran pendekatan tafsir kontekstual yang berkonsep ilmiah dan moderat.

Paradigma Tafsir Kontekstual

Paradigma tafsir kontekstual Fazlur Rahman didasarkan pada pemahaman bahwa Al-Quran bukanlah kitab dogma belaka, melainkan kitab yang memuat nilai-nilai universal yang dapat diterapkan pada situasi dan kondisi yang lebih luas lagi.

Paradigma ini berkebalikan dengan tafsir tekstual (tradisionalis), yang mana tafsir didasarkan pada hukum dan dogma. Terlebih lagi, Fazlur Rahman berpandangan bahwa perlunya mengusung gagasan dan nilai sosial modern guna menggantikan atau memperbarui gagasan dari tradisi tafsir klasik guna pemahaman tafsir yang lebih luas.

Tafsir kontekstual Al-Quran tidak berpegang pada makna lahiriah teks, melainkan menekankan pada dimensi kontekstual dalam penafsirannya.  Abdullah Saeed, dalam bukunya The Quran: an Introduction (h. 221), menjelaskan paradigma tafsir kontekstual yang ditawarkan oleh Fazlur Rahman didasarkan pada konteks sosio-historis, sehingga memungkinkan tafsir yang tiap katanya dipertimbangkan sesuai konteksnya. Ini diperlukan untuk bisa sampai pada sebuah pemahaman yang dinilai lebih relevan dengan kondisi penafsiran (zaman). Lebih lanjut dijelaskan bahwa tafsir kontekstual tidak sepenuhnya diyakini objektif, karena akan selalu ada subjektivitas yang terikat dalam sebuah pemahaman.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan