MELUKIS BURUNG

961 kali dibaca

CANGKUL BAPAK

apa gunanya warung kopi. orang-orang bergerombol dan gencar berbicara negara. negara yang terbuat dari kaca menyembunyikan wajah kita. langit silau memisahkan tangan kita dari kampung. kampung hanya menjelma topeng di atas meja. orang-orang melihat tanah hanya dari ukuran lipik, dan merasa dirinya sedang terancam.  isu agraria bagai hantu masa depan. sedangkan mata cangkul adalah mata bapak yang terus menyala di dalam sembahyang. dan kita tak pernah menyentuhnya. kita hanya lihai mengangkat gagang toa para demonstran.

Advertisements

berdirilah di atas ladang dan dengarkan lengking siul bapak menembus langit. mengusir burung dan memanggil nenekmoyang. cangkul bapak diayunkan di atas tanah seperti mengayun takdir, melawan setiap wacana kuasa yang menakutkan. bertani adalah perjuangan itu sendiri. mencangkul adalah penghormatan kepada bumi. meski tanah yang dirangkul ibu sepanjang waktu, telah disulap menjadi dinas tambak udang dan kebudayaan.

apa gunanaya warung kopi, orang-orang berkerumun dan membentuk lingkaran. lingkaran yang digerakkan oleh jam tua yang berdentang di kepala. katanya, mereka hendak menggempur tembok tiran dan menjunjung tinggi masa depan. padahal, masa depan telah terjadi di bawah pohon mimba. tempat bapak mengasah cangkul, memandikan sapi, dan merapikan caping. masyarakat akan terus bekerja, melepaskan baju dan mengibarkannya di atas ladang. sawah membentang seperti dada perempuan di atas ranjang. dan bapak terus nyonson mata cangkul di bawah pohon pisang.

sumenep, 2021.

MEJA MAKAN

semua berakhir di atas meja makan. piring waktu terus berdenting mengarahkan tangan kita ke sebuah pintu. pintu yang terbuat dari puisi membukakan baju dunia. kita mengatur segelas kopi dan mengakrabi malam tanpa bicara negara dan doktrin basi. lihat, tulang-tulang ikan beserakan dibasahi oleh hujan yang makin liar memproduksi kenangan di gigir pantai.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan