MELODIA KEBYAR DOA

952 kali dibaca

ISTRIKU, DIAMLAH

Tubuh. Detik-detik kita melihat langit bersama
Tak ada gundah-gelisah meski sepi menyilaukan
Istriku, diamlah jangan menangis. Ia berbaring.

Advertisements

Sepagi kita berjalan menyusur putih terang waktu
Sepulang kita kecewa mendekap suhu tubuh duka.

Ibumu tengah mengaji sebagai imbalah bahwa kita,
senantiasa diberi jalan sembuh menimang senja lagi.
Istriku, diamlah walau lelah. Tidurlah meski gerah.

Perjalanan demi perjalanan telah tertulis dalam sejarah
Bibir kasih telah kuberi demi kisah ini indah. Walau hujan
di depan mata. Jarakku masih setia melawan lincin suasana.

Ke sana dan kemari, adalah etimologi. Siang ini dikau ada.
Kulepas gundah buram dalam tangis rebah dosa. Jangan
teriak melinting suara. Purna sudah hujan pergi bahagia.

Teruntuk, Arifatul Jannah.
Sumenep, 20 Januari 2020
.

MELODI

Bersahutan suara-suara harmonika
Terjebak alunan kisah matahari
Oi. Beriak melodius alunan tulus.

Asap waktu tangan meramal melodika
Melodius memilih dekap dalam tatap
Mengintai musikus kisah para kasih.

Tunggu. Ia masih duduk meramal kata.
Khusuk langit hujan beranjak, melanglang
leking suara-suara, hingga tangis reda.

Gundah memang terbayang di rusuk api
Ia tebus suara hujan. Ia buang bayang arang
Hitam. Jingkat mata alis mengemis bahagia.

Ia bernyanyi. Jiwa-jiwa tulus meraba suasana.
Bahwa tubuh dan matanya masih menyimpan
asmaragama, tujuh ratus juta musim bahagia.

2020.

KEBYAR DOA

Seutas kidung cahaya langit
Merujuk nyanyian hujan kata
Terkutuk tari musikus waktu

Angin tandang menusuk rukuk
Hujan kemarin pecah bersahaja
Berlari mengejar jejak-jejak hari.

Doa-doa kini lalang, berperang

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan