Literasi Santri dalam Evolusi Media

892 kali dibaca

Seiring dengan kemajuan teknologi informasi digital, penyelenggaraan pendidikan di Indonesia pun mau tak mau juga terbias oleh hadirnya media informasi di tengah masyarakat. Media juga turut berperan dalam menentukan pikiran masyarakat. Sebab, arus informasi yang beredar dipengaruhi oleh media sehingga masyarakat ikut terpengaruh oleh media.

Tren ini membuat media dan para pemilik media massa memiliki kontrol atas informasi dan pikiran masyarakat. Hanya sedikit dari masyarakat yang sadar akan kontrol media terhadap pikiran.

Advertisements

Postman (2005) pernah menyinggung hal yang sama: “What is peculiar about such interposition of media is that their role in directing what will see or know is so rarely noticed “. Media mengarahkan kita kepada informasi yang mereka inginkan dan, sayangnya, hal ini jarang disadari oleh masyarakat.

Kontrol ini membahayakan bagi aktivitas pendidikan. Sebab, dengan superioritasnya, media dan pemiliknya dapat mengatur apa yang harus masyarakat pikirkan. Lantas, apakah masyarakat tidak tercerahkan akibat media? Jawabannya bisa ya sekaligus tidak. Eksistensi media sama halnya dengan teknologi lain seperti koin yang memiliki dua sisi. Media membawa pengaruh yang baik juga membawa ancaman. Pengaruh media juga semakin besar seiring media berevolusi.

Evolusi media sangat berpengaruh terhadap sistem penyaluran informasi. Contohnya eksistensi media cetak dahulu membawa perubahan yang signifikan dalam hal pemberitaan dan pendidikan. Akibat dari adanya media cetak tersebut, budaya menulis berkembang cukup pesat. Namun karena budaya menulis berkembang, perlahan budaya oral memudar.

Dari sini terlihat ada pergeseran budaya lama dengan budaya baru. Dalam budaya oral orang biasanya menyampaikan informasi dari mulut ke mulut,dan dalam budaya cetak berganti dengan pemberitaan secara tertulis seperti koran.

Pergeseran budaya oral memberikan dampak pada konsep berpikir masyarakat oral. Awalnya, dalam budaya oral pendidikan cenderung menuntut si murid untuk mengingat pelajaran yang diberikan, kemudian aktivitas mengingat itu tergeser oleh buku. Ada poin positif di mana penyaluran informasi dapat menjangkau tempat yang lebih jauh dan konten atau argumen yang lebih beragam, namun kemampuan manusia dalam hal mengingat berkurang dikarenakan eksistensi tulisan sebagai “obat lupa.” Begitu tren budaya menulis benar-benar menggeser budaya oral, aktivitas membaca meningkat pesat dan banyak orang terliterasi. Mereka memiliki pengetahuan lebih dibandingkan orang-orang budaya oral.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan