Lelaki Peminta-minta

1,021 kali dibaca

Lelaki itu tidak pernah berhenti mengangkat tangannya ke langit dan berbicara cepat yang tidak jelas ujarannya. Dia peminta-minta yang selalu kutemui ketika berbelanja ke pasar. Dia bisa ditemui di depan pasar, di parkiran, dan seringkali di dalam pasar. Tapi yang terakhir sangat jarang. Aku tidak melihatnya berhari-hari. Mungkin dia sudah pergi atau diusir oleh petugas. Kamu mungkin juga pernah melihatnya di Pasar Bungkak.

***

Advertisements

Pukul tiga dini hari Pasar Bungkak tampak tenang. Sebuah mobil pick-up datang membawa mentimun, tomat, cabai, kol, dan wortel. Pick-up yang satu lagi membawa boks berisi ikan macam-macam. Pcik-up lainnya lagi berisi batok kelapa coklat, dan pick-up yang lain memuat boks plastik berisi ayam jawa.

Pagi ini aku datang lebih awal dari sebelumnya. Pasalnya jika hari ini berangkat di atas jam tiga, mungkin aku tidak bertemu dengan pemasok sayur. Di jam segini belum ada transaksi maupun penjual yang datang. Tidak lama, penjual buah datang dengan mata masiih mengantuk, dengan air wudhu yang masih menggenang di ceruk mata dan telinga. Penjual itu membawa buah-buahnya ke lapak dekat pintu pasar. Di sana buah-buahnya kadang laku manis, kadang hanya terjual beberapa. Tidak lama setelah penjual buah menempati lapaknya, beberapa penjual ikan dan sayur datang membawa harapan.

Awan mulai memerah. Kokok ayam menjerit pilu karena hendak disembelih. Satu-dua menit pasar mulai riuh oleh penjual. Mereka datang bak air melimpah, penuh. Tak lama setelah langit terang kemerahan, setelah gelap hilang dari langit. Pembeli mulai berdatangan membawa tas cangklong, yang sering mereka gunakan untuk membawa belanjaan.

Pasar sudah tidak terkendali, siang hari membuat semuanya menguap dan peluh mengalir. Punggung dan dahi basah. Lamat-lamat pasar surut. Beberapa penjual mengepak dagangannya: buah, sayur, dan ikan yang tersisa dibawa pulang untuk dimakan sendiri atau dijual lagi keesokannya.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan