Kontekstualisasi Ayat Suci tentang Orang Tua

699 kali dibaca

Tulisan ini terlahir dari sebuah artikel yang ditulis oleh Muhammad Naziful Haq, Alumnus Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon. Tulisat diunggah di laman duniasantri.co dengan judul “Memaknai Ulang Teks Suci Tentang Orang Tua” pada 10 November 2021.

Saya salut dengan keberanian sahabat Naziful dalam membangun narasi “tidak biasa” untuk melahirkan makna-makna ayat suci ke dalam nilai-nilai yang lebih luas. Terlebih lagi ayat suci yang dimaksud adalah pakem keseharian yang telah berakar kuat di tengah masyarakat.

Advertisements

Saya berharap tulisan ini melahirkan diskusi kebenaran (mujadalah hasanah) untuk menentukan poin yang penuh keabsahan. Dalam persepsi saya, menggunakan kata “Memaknai Ulang… ” dalam judul artikel tersebut kurang tepat (bukan salah, apalagi fatal). Sebab, makna adalah sebuah keniscayaan yang konkret dalam realitas teks.

Saya lebih suka menggunakan kata “interpretasi, konteks, atau tafsir” karena kata ini lebih memberikan keluasan logika pemikiran. “Makna” lahir dari sebuah teks, dan itu absolud, sedangkan tafsir (interpretasi-kontekstualisasi) lahir dari sebuah terjemahan teks dengan realitas makna yang ada dan sepadan.

Saya mengerti bahwa tulisan Saudara Muhammad Naziful Haq ini termasuk kategori riskan dan cenderung berimplikasi debat dan pertentangan. Maka, jika saya tidak salah ingat, Nazilul mengungkapkan bahwa tulisan itu tidak untuk melegitimasi tindakan agresif-refresif anak terhadap orang tua. “Tulisan ini sepenuhnya bukan dimaksudkan untuk membolehkan sikap agresif terhadap orang tua, melainkan dimaksudkan untuk mengevaluasi ulang atas kemapanan yang telah berjalan lama.” Bahkan kalimat semakna diulang pada paragraf berikutnya. Hal ini sebagai indikasi bahwa terma tulisan ini memiliki “risiko” perdebatan dan polemik dalam kehidupan.

Naziful berkeinginan bahwa kalimat “Wala taqul lahuma uffin” (QS. Al-Isra’: 23) tidak dijadikan “azimat” legalitas tindakan orang tua untuk menindas seorang anak. Dan itu benar. Akan tetapi perlu dipahami bahwa ayat suci itu tidak memiliki interpretasi kesewenangan terhadap anak. Tidak ada indikasi nyata terkait teks dan konteks bahwa orang tua boleh bertindak represif terhadap buah hati. Bahkan, kewajiban orang tua terhadap anak berupa kasih sayang harus terus ditampakkan.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan