Kiai Noer Iskandar, Perantau yang Membesarkan Pesantren

1,143 kali dibaca

“Berdarah biru”. Putra dari seorang kiai besar di Banyuwangi. Noer Muhammad Iskandar muda justru merantau ke Jakarta, tak hendak meneruskan estafet kepemimpinan pondok pesantren yang dirintis ayahnya. Namun, di perantauan, ia justru berhasil mengembangkan pesantren sendiri, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, salah satu yang terbesar di Jakarta.

Sang ayah, Kiai Iskandar atau Mbah Kandar, merupakan salah satu mata rantai pengembangan pesantren di Jawa Timur, khususnya daerah Banyuwangi, seperti yang pernah ditulis oleh duniasantri.co. Lahir sebagai seorang anak kiai pada 5 Juli 1955, Noer Iskandar dibesarkan di lingkungan pesantren ayahnya, Pondok Pesantren Mambaul Ulum Sumber Beras, Banyuwangi, Jawa Timur.

Advertisements

Setelah lulus madrasah ibtidaiyah, pada ia melanjutkan nyantri ke Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Saat itu, Pondok Lirboyo diasuh KH Makhrus Aly. Pada 1974, Noer Iskandar masuk Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Jakarta untuk mendalami ilmu al-Quran.

Usai menuntaskan studinya di PTIQ, Noer Iskandar tak pulang kampung dan memilih hidup merantau di Jakarta. Bersama dengan beberapa teman, ia mendirikan Yayasan Al-Muchlisin yang berkantor di daerah Pluit. Melalui yayasan inilah Noer Iskandar mulai mengamalkan ilmunya, berdakwah dan mengajar mengaji.

Dimulai dengan kegiatan remaja masjid di Masjid Al Muchlisin ini, yang kemudian berkembang menjadi madrasah diniyah. Seiring berjalannya waktu, ketekunannya memperoleh sambutan hangat dari masyarakat. Ia mulai diundang untuk berceramah atau berdakwah di berbagai tempat, dan dikenal sebagai KH Noer Muhammad Iskandar. Saat itu ia masih mengontrak sebuah rumah di bilangan Kebon Jeruk.

Momentum itu datang pada 1984. Saat itu ia menerima tawaran wakaf tanah seluas 2000 meter dari seorang dermawan untuk dijadikan sebagai tempat pengembangan pendidikan agama. Di atas lahan itu, Kiai Noer Iskandar mendirikan sebuah musala kecil berbahan tripleks. Biaya untuk membangun musala juga datang masyarakat.

Berkat kegigihannya dalam mengembangkan pendidikan agama, didukung masyarakat, Kiai Noer Iskandar memelopori pendirian Pondok Pesantren Asshiddiqiyah yang terus mengalami perkembangan sangat pesat. Sistem pendidikannya memadukan sistem pembelajaran tradisional dan modern. Mulai dari sekolah menengah hingga pendidikan tinggi sudah ada Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, termasuk Ma’had Aytam dan Ma’had Aly.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan