Kiai Ma’mun Syafii, Harta dan Warisannya

1,640 kali dibaca

KH Ma’mun Syafii menjadi sosok kiai yang tak pernah berhenti mengajak berbuat baik dan memberi manfaat kepada orang-orang sekitar. Membangun jalan desa adalah pembuka jalan baginya untuk mengembangkan pendidikan masyarakat. Banyak warisan kebaikan yang ditinggalkannya.

Lahir di Desa Kunciran (sekarang Kunciran Jaya) Kota Tangerang, Banten, pada 31 Desember 1954, Kiai Ma’mun Syafii berasal dari keluarga yang amat sederhana. Sejak kecil hingga dewasa, ia mendapatkan pendidikan agama yang terbaik.

Advertisements

Setelah lulus dari Madrasah Ibtidaiyah dalam usia sekitar 12 tahun, Ma’mun muda menimba ilmu di Pondok Pesantren Salafiyyah (Bale Rombeng) di daerah Pandeglang selama enam tahun. Tak hanya menimba ilmu, selama mondok ia juga belajar arti dari hidup sederhana dengan berbagai kesulitan yang dihadapi dan membangun kemandirian diri.

Setelah enam tahun Bale Rombeng, Kiai Ma’mun Syafii menimba ilmu di Pondok Pesantren Modern  Daarul Rahman Jakarta yang diasuh KH Syukron Ma’mun. Setelah enam tahun berguru kepada KH Syukron Ma’mun, ia menempuh pendidikan perguruan tinggi di UNIS (Universitas Syekh Yusuf) di Kota Tangerang.

Harta dan Warisannya

Setelah memiliki bekal ilmu yang cukup dan restu dari para gurunya, Kiai Ma’mun Syafii mulai terjun mengabdikan diri ke tengah masyarakat. Ia kembali ke desa kelahirannya, Kunciran, Pinang, untuk mengamalkan kemampuan dan ilmunya sebagai seorang santri.

Debutnya sebagai pengajar ngaji, pendakwah, dan menjadi pengajar di beberapa madrasah. Sejak itu, Kiai Ma’mun Syafii mulai memperoleh tempat khusus di hati masyarakat. Hal itu semakin memantapkan hatinya untuk mengamalkan ilmunya dan berdakwah, sebagaimana yang sering diungkapkan kepada para satrinya, “Al-ilmu bilaa ‘amalin kasy syajarin bilaa tsamarin.”

Rupanya, tak hanya dengan mengajar dan berdakwah jalan yang ditempuh Kiai Ma’mun Syafii untuk memajukan masyarakatnya. Ia juga banyak menginisiasi pembangunan infrastruktur desa, seperti membangun jalan penghubung antara Desa Kunciran dengan Desa Cipondoh yang ketika itu masih dipisahkan Danau Cipondoh.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan