Ketika Badai Berlalu

1,623 kali dibaca

Cuaca sangat terik di Ketok Lor dekat Pantai Prigi. Para nelayan sedang memperbaiki pukat mereka untuk persiapan mencari ikan. Sesaat kemudian, Mbah Waras berjalan di depan mereka yang sedang berkumpul.

“Nanti nggak melaut, Mbah?” Rahmat melontar pertanyaan kepada Mbah Waras.

Advertisements

“Tidak. Sepertinya nanti akan ada badai besar. Aku mau ngopi saja di warung Mbok Jah,” jawab lelaki tiga perempat abad itu.

“Kemarin sudah badai, hari ini juga badai. Bisa kosong wakul1-ku.” Usai berkata demikian, Jain kemudian mengambil sebatang rokok dan menyulutnya.

“Mending wakul kosong daripada istrimu menjanda dan anakmu telantar. He-he-he…,” sahut Padil sambil terkekeh.

Semua pun tertawa mendengar celetukan Padil. Prediksi Mbah Waras selama ini hampir tak pernah meleset. Pada umur enam tahun, Mbah Waras sudah diajak ayahnya untuk melaut. Hal itu membuat tubuhnya sangat peka terhadap cuaca. Karena hal itu, warga Ketok Lor lebih memercayai omongan Mbah Waras daripada BMKG. Dulu, ada nelayan yang tidak mematuhi Mbah Waras untuk tidak  melaut. Nelayan itu akhirnya hilang ditelan badai dan tak pernah ditemukan sampai sekarang.

***

Sudah tiga hari Okta kehabisan stok ikan cakalang. Para pelanggannya pun banyak yang mengeluh. Bahkan ada juga pelanggan yang sudah berpindah ke restoran lain.

“Bagaimana, sudah mendapatkan stok ikan segar untuk restoran saya?!” tanya Okta bernada marah.

“Sekarang saya akan mencarinya, Pak. Hari ini pasti dapat,” jawab Birin kepada Okta.

“Sudah tiga hari sampeyan1 bilang ‘Hari ini pasti dapat-hari ini pasti dapat’ tapi kenyataan hari ini belum menyuplai. Restoran saya sudah banyak kehilangan pelanggan beberapa hari ini gara-gara aku masih percaya sama kamu!” Okta menutup teleponnya.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan