Kekafiran Intelektual

760 kali dibaca

Kita mungkin pernah, atau bahkan sering, menjumpai orang atau apa pun di dunia ini yang memiliki banyak perbedaan. Itu lumrah dan sudah merupakan sunnatullah. Sikap kita seyogyanya adalah jangan terlalu dini menjustifikasi orang yang berbeda dengan kita dengan predikat “salah”, “bodoh”, “bid’ah”, atau lebih-lebih “kafir”.

Orang yang merasa benar sendiri adalah orang kafir, ya, kafir intelektual. Penulis sengaja meminjam istilah “kafir” agar orang bisa melek intelektual, dan agar ia tidak tertutup (kafir) pemikirannya sehingga mengabaikan dan enggan menerima keniscayaan yang namanya perbedaan dan mengklaim sebagai pemegang legitimasi kebenaran.

Advertisements

Kafir, secara etimologi adalah berasal dari kata kafara-yakfuru-kufran, yang bermakna tertutup-menutupi. Kata ini kemudian dipungut oleh Islam untuk menunjuk orang yang tertutup hatinya untuk menerima nur atau hidayah Islam. Dan dalam kesempatan ini, penulis lebih memilih menggunakan istilah kafir secara etimologi agar orang lebih memahami tentang hakikat makna kafir dan implikasinya agar kita tidak dengan lantangnya lagi berapi-api melontarkan vonis kafir terhadap sesama peng-kiblat Kakbah dan pengikut nabi yang sama, yakni Nabi Muhammad.

Tulisan ini mungkin dilatarbelakangi oleh keracunan dan kerancuan penulis terhadap dunia maya yang penuh dengan “hadith mawdlu” alias berita hoaks dari berbagai akun media sosial yang sifatnya propaganda dan provokatif. Melihat upload-an mereka, dalam benak penulis mereka salah, atau mereka dalam kegelapan sehingga penulis mencoba meluluhkan kekafiran intelektual penulis dan memperbanyak istighfar intelektual, yakni mengampuni diri sendiri atas tertutupnya intelektual penulis dengan cara memperbanyak khazanah intelektual.

Memang benar, kita sebagai penduduk dunia lain yang bernama “sosial media” sedang disuguhi berbagai atmosfer dunia maya yang menyesakkan. Isu sara, adu domba, sampai hujat sana-sini tak lepas dari layar ponsel kita. Udara segar sosial media sangat kita butuhkan dan untuk itu perlu adanya “reboisasi” dalam dunia maya kita agar atmosfer sosial media kita dapat kita hirup dengan segar.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan