Karomah Santri dari Desa

1,496 kali dibaca

Gerimis semakin menderas ketika mobil Avanza putih itu memasuki kawasan perbatasan Blitar-Malang. Langit pun gelap dengan sesekali ditingkahi suara gemuruh dan petir yang menghantam petala langit. Udara di dalam mobil semakin bertambah dingin oleh tiupan angin yang menerobos masuk melalui jendela yang terbuka sebagian.

Gus Dan dan Ning Aina tengah mendengkur lirih, mungkin terbuai oleh mimpi ditemani lagu selawat yang mengalun lembut. Kiai Farid pun mulai terkantuk-kantuk. Ia duduk di samping Kang Rud yang tengah sibuk menyopir, menghindari kolam-kolam kecil yang tercipta di tengah jalan. Bu Nyai Atiqah memandang kedua anaknya yang terlelap itu, kemudian berganti memandangi sang suami yang kini mulai terlihat tua dan wajahnya semakin bertambah sejuk meneduhkan.

Advertisements

Kang Rud tak berani bertanya pada Kiai Farid ketika dihadapkan pada persimpangan jalan, karena gurunya itu telah tertidur. Sopir Kiai Farid itu akhirnya hanya mengandalkan google map untuk mencapai tujuan perjalanan. Namun, setelah jauh melewati persimpangan jalan, tak kunjung ditemukan ada tanda-tanda adanya pemukiman.

Mobil terus berjalan. Bukannya permukiman yang ditemukan, tiba-tiba mobil justru dihadang oleh jalan beraspal yang telah rusak. Gus Dan terbangun. Ia kucek matanya yang masih terasa lengket. Terlihatlah kanan-kiri jalan yang ditumbuhi rimbun pepohonan menjulang. Pemandangan itu membuat Gus Dan tenteram sekaligus ngeri.

Dan jalan yang dilalui itu semakin lama semakin gelap direngkuh sang malam. Hujan pun turun semakin deras. Pikiran Gus Dan semakin was-was. Sedangkan di belakang setir dia melihat Kang Rud tengah santai mengendalikan laju mobil.

“Di mana kita, Kang? Masih jauh?” tanya anak lelaki Kiai Farid itu. Aina, adik perempuannya yang juga tertidur, kini tergeragap bangun, kemudian bingung melihat suasana senyap di wilayah yang dilaluinya.

Suasana di mobil itu kemudian mulai riuh karena jalan beraspal yang dilalui telah berubah jadi medan berlumpur dan berlubang di sana-sini. Ning Aina adalah yang paling cerewet melihat keadaan yang tengah dihadapinya.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

2 Replies to “Karomah Santri dari Desa”

Tinggalkan Balasan