Kang Jam di Antara Dua Alfiyah

4,517 kali dibaca

Tangannya tak berhenti memutar tasbih. Mulutnya berkomat-kamit tanpa suara. Mukanya bersih karena senantiasa menjaga wudhu. Kepalanya menunduk, tawadhu. Di pelukan dadanya ada sebuah kitab besar yang baru dikajinya di masjid pondok bersama Kiai Hasan.

Langkahnya cepat menuju gothakan. Namun dia segera berhenti ketika melihat ada Gus Dowi di kejauhan. Gus Dowi masih balita, tapi itu tidak menyurutkan ketawadhuan Kang Jam padanya. Nama sebenarnya adalah Zamzam Zamran Noor, panggilannya Kang Jam. Dia merupakan santri senior yang sangat rajin mengaji. Hafalannya banyak, referensi kitabnya sulit ditandingi santri lain. Ibadahnya pun sangat khusyuk. Kang Jam inilah tipe santri ideal idola para santri-putri, mungkin.

Advertisements

“Nggak ikut ngaji Dul?” tanyanya pada Abdul, santri asal Jawa Tengah yang sedang duduk-duduk bersanding kopi di teras asrama bersama beberapa temannya sesama geng santri santuy.

“Ngajinya titip sampean, Kang,” jawab Abdul sambil menyeringai.

“Bisa saja Dul-Dul. Apa perlu sekalian salatnya titip? Aku salati kamu di masjid mau? Atau kamu milih yang paket lengkap mulai dari menyolatkan dan memandikan sampai tahlilan dan khataman, mau?” tantang Kang Jam dengan muka menyebalkan.

Ucapannya itu merupakan perpaduan antara gurauan dan keseriusan. Mereka berdua berada di kamar yang sama di asrama B. Keakraban yang terpupuk setiap hari membuat candaan-candaan sarkas terasa biasa saja bagi mereka. Sindiran keras mungkin akan terasa menyakitkan, tapi kemudian akan menghilang seiring waktu yang berjalan. Hidup di pondok membuat para santri tumbuh menjadi muslim yang tidak kagetan karena candaan-candaan. Olok-olok sudah menjadi bumbu di setiap rutinitas sehari-hari mereka.

“Iya, nanti kalau aku sudah mati, Kang, kamu sekarang sabar dulu. Rokok dan kopi masih terasa nikmat di mulutku,” tukas Abdul sambil nyeruput kopi lagi. Setelah menandaskan kopinya, remaja itu kemudian melangkah pergi.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan