Kaji Sangit

3,090 kali dibaca

Tiba-tiba aku sedih, dan hati terasa perih seperti tersayat sembilu. Hari ini aku mendengar kabar, di kota yang sudah sesak oleh masjid ini, sebuah gedung sekolah dasar akan digusur karena di sana akan dibangun sebuah masjid baru, masjid agung —masjid yang akan diagung-agungkan karena mungkin tak akan kalah mentereng dibandingkan masjid di kota lainnya yang baru dibangun dengan biaya lebih dari setriuliun rupiah. Lalu, murid-murid sekolah dasar itu akan dipindahkan ke sekolah-sekolah lain hingga mereka akan belajar berdesakan di ruang-ruang kelas yang sempit.

Duh. Betapa sedihnya aku. Sebab, jika kabar itu benar, berarti orang-orang telah lebih bergairah beribadah di masjid-masjid yang megah ketimbang menyuburkan taman-taman ilmu untuk anak cucu.

Advertisements

Duh. Betapa sedihnya aku. Kabar itu membuatku teringat akan sebuah cerita berjudul Kaji Sangit. Tentu saja cerita ini didasarkan pada kisah setengah nyata; kenapa orang-orang menjuluki sosok dalam cerita kita ini dengan sebutan Kaji Sangit.

Nama sebenarnya adalah Soleman. Karena sudah berhaji ke tanah suci Mekkah, tentu saja ia dipanggil Kaji. Harusnya orang-orang memanggilnya Kaji Soleman. Tapi, di belakang punggung sosok dalam cerita kita ini, orang-orang menyebutnya Kaji Sangit dengan cara berbisik-bisik. Setengah takut setengah mengejek. Sebab, orang-orang sudah membayangkan bahwa kelak, meskipun sudah berhaji, Kaji Soleman akan menjadi kerak neraka karena kebakhilannya.

Itulah kenapa ia dijuluki Kaji Sangit —karena bau hangusnya ketika menjadi kerak neraka seakan sudah bisa tercium di dunia ini. Luar biasa!

***

Orang paling kaya di desa itu adalah Kaji Soleman. Tapi bagi banyak orang, ia juga dikenal sebagai orang yang paling kikir. Sebab, jika ada orang yang datang ke rumahnya meminta sumbangan untuk pembangunan masjid atau musala, orang tersebut selalu pulang dengan tangan hampa.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan