KAFILAH MADURA

948 kali dibaca

SAPI SONOK

Tetabuhan kembali berdendang
di antara ratusan sapi berjajaran,
muncul sosok perempuan berselendang
dari buku tempat pijakan
teriak ratusan mulut kegirangan.

Advertisements

Bunyi gendang semakin nyaring
meledakkan jiwa hanyutkan raga.
Meski bumi pijakan terasa kering,
musnah gairah cinta berbungkus lomba.

Pamekasan, 2022.

MEMPERTAHANKAN TANAH SANGKOLAN

Hamparan luas mentari pulau garam
terbisik iming-iming sebuah hasutan
rakyat terhantam ribuan rayuan,
wajah musam bercampur geram
suara jelas akan penolakan.

Saban hari gerombolan berdasi
wekel sigap lakukan negosiasi,
bukan sekali bahkan berkali-kali
wekel sigap lakukan negosiasi,
mainkan ekspresi hingga senja hari.

“Maaf tuan, kami tidak jual tanah warisan.”

Tanah kami simbol harga diri
hidup mandiri lebih berarti,
dari pada jadi pengemis di kemudian hari.
silakan pulang sebelum nyawa jadi korban.

Wahai tuan gagah berdasi,
kami butuh akan kedamaian
bukan harta yang dipertuhankan
mulia diri meski miskin materi

Pamekasan, 2022.

KAFILAH MADURA

Gersang tanah beraroma sengsara
banting tulang merasuki kekar raga
bersemayam dalam tulang sendinya
seperti matahari cipta beragam warna

Madura…
Pulau kecil penghasil puisi,
di antara rimbun jagung, padi muara nyawa.
Mencipta cerita tak bertepi,
pernah merdeka meski tanpa nama

Madura..
Sanubariku seakan terguncang
ketika bercermin kaca kejujuran.
Nestapa kemiskinan candu menyerang
rakyat jelata berteria tubuh kerontang
mencari keadilan lewat isu provinsi digelorakan

Pamekasan, 2022.

Tinggalkan Balasan