JUMPA SI AYAT

4,285 kali dibaca

Saat kembali dari tidur panjang penuh nyeri. Di atas tilam yang dulu pernah kukencingi. Waktu bayi. Aku merasa bumi berhenti. Berhenti mengasihi dan menyayangi. Aku bangun dan kembali.

Yang kulihat hanya serakan daun, pakaian dalam yang mengayun, ranjang si Madun, dan mushaf yang manyun. Lama tak dilantun.

Advertisements

Di pojok musholla kulihat sosok orang tua. Kusapa dan kutanya, “Mana si Ayat?”

“Biasanya dia menyanyikan dirinya sendiri di sana: pojok yang lain”.

Kusambangi

“Ada apa? Hanya tentang duka-larakah hidupmu?”

“Tidak”, jawabnya. “Hanya engkau saja yang berduka, mungkin”.

“Lantas mengapa menyendiri? Tidakkah kau diciptakan jamak?”

“Tidak”, jawabnya lagi. “Hanya engkau saja yang merasa hidupmu hampa, mungkin”.

“Ada apa engkau gerangan? Sinis sekali”, risih aku.

“Aku tidak sinis. Aku adalah kisah luka para kekasihnya Rabbmu. Aku adalah janji-janji Tuhanku. Aku adalah ancaman untuk musuhmu. Aku hanya penghibur bagi mereka yang datang kepadaku bukan dengan perasaan jemu”.

“Izinkan aku memelukmu”, kataku.

“Nggak ahh, kau bau”, menolakku genit.

Tinggalkan Balasan