Jihad Santri Masa Kini

1,079 kali dibaca

 

Oktober menjadi bulan sukacita bagi para santri. Sebab, melalui Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 2015, tanggal 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional (HSN). Perayaan HSN kemudian menjadi agenda rutin setiap tahun.

Lahirnya kebijakan ini menjadi penanda baik bagi kaum sarungan. Kiprah kaum santri yang sebelumnya termarjinalkan, dipinggirkan, dipandang sebelah mata, kini mencapai momentumnya karena telah diperhitungkan di ranah publik.

Advertisements

Sesungguhnya, diakui atau tidak, sudah sejak dahulu peran kaum sarungan bagi negara ini tidak bisa terbantahkan lagi. Sebelum adanya otoritas lembaga pemerintahan yang sah, para kiai-lah yang mampu menggerakkan dan memobilisasi masa. Ketika Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari menunda peperangan dari usulan Bung Tomo, maka peperangan pun belum dimulai. Dan, apa yang terjadi di lingkungan pesantren menunjukkan bahwa para santri akan sangat patuh, loyal, dan sami’na wa atho’na kepada pada kiai.

Santri memang dikenal sangat teguh memegang komitmen terhadap ajaran para kiai. Di pesantren, para santri dididik untuk satu komando dengan kiainya. Hal ini terbukti, ketika pasukan Sekutu dan Belanda yang terdeteksi berniat melakukan aneksasi Surabaya. Pola pembelajaran yang dilakukan bukan lagi semata-mata tafaqquh fiddin, melainkan secara tersirat mampu insersi jiwa nasionalisme. Kiai sebagai sosok teladan, berhasil mencetak serta menumbuhkan jiwa nasionalisme santri. Selain itu, para kiai menjadi garda terdepan dalam mengatur siasat melawan penjajah.

Peristiwa berkecamuk ketika memasuki bulan Oktober 1945. Tibalah tanggal 22 Oktober yang merupakan momentum bersejarah. Tepat pada tanggal tersebut, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari mengumandangkan fatwa Resolusi Jihad, memberi pelecut semangat menggerakkan patriotisme santri bersama rakyat untuk bahu membahu menumpas penjajah guna mempertahankan kemerdekaan negara.

Penulis menangkap terdapat dua skema dalam gerakan santri menumpas para penjajah. Pertama, perlawanan secara fisik/persenjataan. Perlawanan ini dilakukan secara face to face dengan penjajah. Meskipun bermodal bambu runcing, para pejuang tidak pernah gentar terjun ke medan pertempuran. Kobaran semangat jihad itulah yang akhirnya membangkitkan semangat juang bangsa Indonesia.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan