Jejak Nasihat 30 Tahun Lampau

1,287 kali dibaca

Suatu hari dalam pembelajaran Manthiq yang diampu oleh KH A Warits Ilyas, tiba-tiba saya ditunjuk oleh beliau untuk berdiri dan membaca kitab. Saya pun gelagapan karena selain tidak siap, saya juga tidak bisa. Akhirnya saya berdiri di depan kelas. Terjadi pemikiran yang sembraut pada saat itu, mengapa saya kedapatan sial dan naas di hari itu. Apakah karena ulah saya yang kurang perhatian terhadap kewajiban belajar?

Bukan saja karena saya tidak bisa, lebih dari itu saya termasuk siswa yang kurang greget untuk masuk kelas. Entah karena apa, yang pasti hal itu tidak termasuk dalam perbuatan yang baik untuk dicontoh. Berdiri di dapan kelas telah memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi saya. Malu, cemas, dan merasa bersalah berkecamuk dalam pikiran saya saat itu. Dan saya harus merubah sikap yang tidak baik tersebut, agar ke depan menjadi lebih baik dan lebih rajin belajar.

Advertisements

Saat itu beliau menasehati semua siswa di kelas saya yang masih tetap saya ingat hingga sekarang lebih dari 30 tahun. Kiai Warits bisa saja menasihati semua teman kelas karena saya tidak bisa membaca kitab Manthiq yang diampu oleh Beliau. Atau bisa saja sebagai sebuah kesempatan untuk memberikan wajengan kepada banyak siswa yang situasinya sama dengan saya. Atau, mungkin ada alasan Beliau lainnya yang entah.

Kiai A. Warits Ilyas berkata, “Santri itu tidak wajib bisa baca kitab. Sebab kalau wajib, maka berdosalah mereka yang tidak bisa. Tetapi santri wajib belajar. Soal menjadi pandai atau tidak itu urusan Allah.” Jadi kewajiban seorang santri adalah belajar. Karena kalau hanya bisa baca kitab, tetapi bacaan dari kitab tersebut tidak memberikan manfaat, maka hal tersebut akan sia-sia. Ikhtiar dengan cara belajar yang rajin adalah sebuah keharusan. Karena usaha adalah kewajiban sedangkan hasil akhir kita serahkan kepada Allah swt.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan