Islam Antara Universalitas dan Partikuralitas

836 kali dibaca

Universalisme Islam dan kosmopolitanisme peradaban Islam terlihat jelas dalam bentangan panjang perjalanan sejarah dan perkembangan kebudayaan umat manusia. Sebagai agama yang membawa misi kemanusiaan universal, sudah selayaknya umat Islam berperan aktif mewujudkan watak kosmopolit peradaban Islam yang sudah dirintis oleh para pemikir dan intelektual masa klasik Islam. Tantangan dan upaya mewujudkan peradaban kosmopolit tersebut kini membentang di era kontemporer. Era global yang ditandai dengan kemajuan di bidang sains dan digitalisasi ide, gagasan, dan aksi yang massif membuat sosialisasi pemikiran berjalan hampir tanpa kontrol.

Persoalan mengemuka ketika Islam menyebar ke berbagai daerah yang berbeda dengan kondisi geografis pada awal kemunculannya. Islam harus bersentuhan dengan pengetahuan lokal dan kearifan lokal di berbagai belahan dunia. Diperlukan upaya yang serius dalam mensinergikan antara nilai-nilai universal Islam dengan realitas sosio-kultural yang tidak sama antara satu daerah dengan daerah lainnya.

Advertisements

Dalam konteks keIndonesiaan, upaya ini sebenarnya telah dirintis oleh Abdurrahman Wahid dengan pikiran-pikiran cerdasnya. Gagasan kearifan lokal dalam upaya mendialogkan Islam dengan realitas keIndonesiaan yang plural dan multikultural. Jejak pemikiran kosmopolitan Gus Dur dengan demikian telah mengisi lembaran sejarah perkembangan peradaban kosmopolit Islam di pentas global.

Universalitas dan Partikularitas

Agama adalah sistem norma yang berasal dari Tuhan yang terdiri dari seperangkat aturan dan diperuntukkan bagi kemaslahatan umat manusia. Sebagai norma dari Tuhan, kebenaran agama bersifat mutlak dan universal. Berbeda dengan agama, kebudayaan merupakan hasil kreasi dan upaya manusia dalam memaknai realitas sosial di sekitarnya. Sebagai hasil kreasi manusia, maka sifat kebudayaan adalah selalu berubah seiring dengan perkembangan zaman.

Agama adalah simbol yang melambangkan nilai ketaatan kepada Tuhan. Kebudayaan juga mengandung nilai dan simbol supaya manusia bisa hidup didalamnya. Agama memerlukan sistem simbol, dengan kata lain agama memerlukan kebudayaan agama. Akan tetapi keduanya perlu dibedakan. Agama adalah sesuatu yang final, universal, abadi dan tidak mengenal perubahan. Sementara kebudayaan bersifat partikular, relatif. Agama tanpa kebudayaan memang dapat berkembang sebagai agama pribadi, tetapi tanpa kebudayaan agama sebagai kolektivitas tidak akan mendapat tempat.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan