GUGUR PENA

448 kali dibaca

RATAPAN DUKA
Teruntuk; Buya Syafii Maarif

Tepat di ladang barokah Jum’at
Kusandarkan telinga dalam media
Kabar itu mulai menyeruak
Mawar hitam lepas tengkurap
Hanya air mata yang abadi
Dalam catatan pena puisi

Advertisements

Meski raganya tidak hijau
Namun asas toleransi masih bergemilau
Mengecap duka berbalut cita
Menyusun aksara kata-kata

GUGUR PENA

Barangkali semua patut berduka
Goresan penamu bikin nestapa
Mungkinkah ada sosok di ambang senja
Sekadar tuk mengganti pena

Hari ini satu pena telah tiada
Purna oleh ketukan usia
Hanya tersisa goresan karya
Abadi sepanjang masa.

KEHILANGAN

Wahai para cendekiawan
Kini kepalamu telah berpulang
Siapkah dirimu menahan duka
Atau malah menangis terluka

NESTAPA RAGA

Matahari mulai redup
Jantung ku kian gugup
Berdenyut kian semrawut
Mengukir namamu agar tak redup

Ah.. bisakah aku bermimpi
Meski raga ini lemah tak berarti
Dari pada terhanyut dalam ilusi
Lebih baik melukis mentari
Merangkai puisi, hingga menjadi pelangi

Pamekasan, 2022.

Tinggalkan Balasan