Firaun Itu Orang Saleh, Lho…

781 kali dibaca

Judul tulisan ini disandarkan pada pandangan Ibnu ‘Arabi. Jika ulama setingkat Ibnu ‘Arabi mengatakan Firaun bagus, maka siapa yang akan meragukannya? Yang jelas banyak. Tidak hanya meragukan. Tapi, juga mempersoalkan kebenarannya. Sebab, sekian ratus ulama mengatakan bahwa Firaun itu bejat. Al-Qur’an sendiri secara literal mengatakan bahwa penguasa Mesir itu adalah pembuat kerusakan.

Hakikatnya itu hanya soal sudut pandang. Jika memakai pandangan amrut taklifi atau syariat, jelas Firaun adalah orang lalim di jalan maksiat. Namun, jika yang digunakan sudut pandang amrut takwini, seperti yang digunakan Ibnu ‘Arabi, maka tidak boleh tidak si Ramses itu adalah manusia taat yang berkhidmah di jalan maksiat.

Advertisements

Amrut Takwini

Menurut Ibnu ‘Arabi, aturan kehidupan ini ada dua. Yang pertama amrut takwini yang menampung dua hal: masyiah ilahiyah dan al a’yan tsabitah. Kita sepakat bahwa tidak ada satu pun detak jantung yang berkibar di hati makhluk di muka bumi ini yang lepas dari kehendak Allah. Apalagi soal-soal seperti kebaikan-kemaksiatan, keislaman-kekafiran, dan lain sebagainya. Jelas semuanya memang kehendak Allah. Setan saja, makhluk superstar sepanjang zaman karena kejelekannya, merupakan kehendak Allah, apalagi hanya Firaun yang masanya cukup sebentar.

Kita tidak mengingkari bahwa semua sosok yang jahat memang dikehendaki oleh Allah untuk hadir di muka bumi ini. Maka, akibatnya fatal kalau kita mengira ada kekuatan lain yang menggerakkan kejahatan. Setan itu bukan lawan Allah. Ia lawan manusia. Setan itu makhluk yang segala denyar kehendak dan kekuatannya berada di tangan Allah. Begitu juga Firaun. Jadi, segala kejahatan yang dilakukan Firaun adalah bentuk ketaatan terhadap kehendak Allah sendiri. Makanya dia dianggap manusia taat di jalan maksiat.

Lho, kok bisa disebut maksiat?

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan