Doa Orang Gila

3,229 kali dibaca

Jika terucap Slamet, pasti semua warga berasosiasi dengan anak tunggal Pak Agung, orang terkaya di Kecamatan Sonowangun. Sawahnya seluas 10 hektare, hampir separo dari Dusun Sonoroto —sebuah lahan emas pertanian. Semua tanaman bisa tumbuh dengan gemuk di bumi Sonoroto: padi, kedelai, jagung, tebu, jati, sengon, kacang panjang, sawi, dan sebagainnya.

Dulunya, Pak Agung hanya memiliki sebidang tanah. Karena keuletan dan kecerdasannya, Pak Agung akhirnya bisa membeli lahan-lahan yang luasnya 50 kali dari luas sawahnya. Biasanya, setelah subuh Pak Agung selalu menjenguk dan merawat tanaman yang berada di ladang. Setelah dirasa cukup, Pak Agung akan bekerja di Pak Haryo, tuan tanah di desa sebelah. Begitulah rutinitas Pak Agung setiap hari. Bagi Pak Agung, bekerja adalah jalan hidupnya.

Advertisements

Kini, semua harta Pak Agung jatuh kepada Slamet. Namun, karakter Slamet dan Pak Agung bak langit dan bumi. Slamet senang akan kehidupan santai, bahkan lebih ke berpangku tangan. Bahkan semakin menjadi. Ia tidak mau ke sawah. Semua pekerjaan diserahkan kepada para kulinya. Kehidupan Slamet semakin mentereng. Slamet sekarang bisa mengatur harta warisan menurut kata hatinya. Hidupnya seperti raja.

Ada satu hal unik, setiap kali panen ia selalu mencari orang gila yang hidup menggelandang untuk diberinya pakaian, makanan, bahkan kadang uang. Setelah memberi kepada orang gila, biasanya dia meminta doa.

“Pak, ini,” Slamet mengulurkan tangannya yang menggenggam sebungkus nasi bebek lengkap dengan es teh. “Jangan lupa doakan saya agar diberi rezeki dan keselamatan.”

“Hem…,” orang gila itu seolah mengamini doa Slamet.

Slamet pun melanjutkan perjalanannya menyusuri jalan raya Sonowangu untuk mencari orang gila yang biasanya tidur di depan emperan toko sembako.

“Alhamdulillah, ketemu juga.” Hati Slamet pun girang seolah  bertemu dengan malaikat yang akan menyampaikan doanya kepada Sang Pencipta.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan