Cerita dari Pesantren (1): Susahnya Mengusir Jin

3,063 kali dibaca

Ini bukan tentang cerita siapa-siapa, tetapi tentang pesantren dan saya. Ya, kami berdua. Singkat cerita, saat itu usia saya menginjak delapan tahun, dan harus diboyong-paksa dari rumah untuk dipindahkan ke pesantren yang waktu itu (saya kira) jaraknya jauh dari rumah.

Saya ingat betul bagaimana wajah cengeng bocah masih ingusan meronta-ronta, menolak untuk dipondokkan. Menangis sesenggukan, bahkan berteriak keras di atas gendongan, berharap agar hari itu bapak membatalkan niatnya yang sudah dipendam selama setahun lamanya.

Advertisements

Setahun sebelumnya, tetangga nenek saya yang mempunyai anak laki-laki yang mondok di Pesantren Langitan Tuban, sejak kecil mengompori agar berangkat mondok seperti dirinya. Di usia yang masih tujuh tahun kala itu, saya penasaran betul dan bertanya tanya, seperti apa pondok itu? Bagaimana tidurnya? Apakah di sana bisa bermain dan banyak teman? Bagaimana pula mandinya? Dan segudang pertanyaan anak kecil yang berharap menemukan banyak jawaban menyenangkan. Ajaib, jawabannya sungguh tak terduga.

“Enak loh nek pondok iku, ono kolam renange, turune kasure empuk, akeh konco e dolan, mangane iwak e enak, wes ta mondok o.”

Mata saya berbinar-binar mendengarnya sambil membayangkan betapa nyaman dan asyiknya hidup di pesantren.

Sebenarnya bukan tanpa alasan kenapa pertanyaan itu muncul. Sebab, sejak lulus dari TK, orang tua sudah membujuk saya untuk segera berangkat ke pesantren, tapi nyali saya masih ciut. Menunda sampai tahun depan adalah jawaban paling aman yang akhirnya disepakati bersama. Tahun berikutnya, ternyata bapak belum lupa dengan niatnya. Saya terus mencari alasan agar ditunda tahun depan lagi. Tapi kali ini bujukan dan rayuan saya tidak mempan sama sekali. Bapak bilang, “Ditunda terus nggarai gak berangkat-berangkat!

Berangkatlah saya ke pesantren di usia yang masih ingusan. Dengan berat hati dan penuh derai tangis, saya terpaksa harus menerima seluruh keadaan. Hari pertama sampai di Pesantren Suci, usai mengangkat barang-barang bawaan, bapak mendaftarkan dan mengantar hingga kamar (khusus anak-anak Madrasah Ibtidaiyah).

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan