Bila Santri Telat Kiriman

1,462 kali dibaca

Pada masa saya nyantri, kiriman dari rumah bukan uang, tapi bekal berupa beras (beserta lauk awetan) untuk dimasak di pondok. Setidaknya itu pengalaman saya sebagai santri di Pondok Pesantren Annuqayah, termasuk santri (mungkin tidak semuanya) yang semasa dengan saya. Santri yang satu pondok dengan saya, model kirimannya hampir sama dan tidak jauh berbeda. Belum lumrah dikirim berupa rupiah dalam bentuk nontunai, melalui bank misalnya. Saat itu nomor rekening bagi saya masih dalam hayalan.

Pada suatu hari, kiriman saya telat umtuk beberapa hari. Sebenarnya hal seperti ini sesuatu yang lumrah. Biasanya kiriman yang sedianya satu bulan, masih bersisa untuk beberapa hari ke depan. Setidaknya dua atau tiga hari masih bisa makan dari sisa sebulan. Namun saat itu, beras saya benar-benar ludes. Tidak bersisa sedikit pun, dan itu artinya saya harus menahan lapar entah sampai kapan waktunya.

Advertisements

Keluarga saya memang sederhana. Tetapi bukan berarti kere-kere amat. Kalau hanya untuk makan tidak pernah kekurangan. Kalau tiba-tiba kehabisan, dan perlu upaya untuk memenuhinya, itu sudah biasa. Entah mengapa saat itu kiriman saya telat. Saya tidak tahu pasti. Mungkin karena ada satu kepentingan yang membuat anggota keluarga saya tidak bisa berkunjung ke pesantren.

Biasanya, yang berangkat untuk mengantarkan kiriman adalah kakak perempuan saya. Atau sesekali ayah saya sendiri yang datang berkunjung. Momen seperti itu benar-benar diharapkan oleh santri, utamanya santri dalam satu kamar. Sebab, biasanya orang tua yang berkunjung membawa menu masakan yang dapat dinikmati bersama-sama. Dan kebersamaan itu hingga detik ini kenangannya masih tetap terasa.

Telat ya, telat saja. Itulah yang terjadi. Hingga saat itu saya memutuskan untuk puasa. Kiriman telat, tidak ada sisa apa-apa, maka solusinya ya, puasa. Mending diniatkan dari awal untuk puasa sunah, sekalian sebagai alibi dari kiriman yang lambat. Benar saja, saya pun puasa dan hanya berbuka seteguk dua teguk air. Kemudian langsung menuju masjid untuk memusatkan pikiran pada zikir agar rasa lapar tidak begitu terasa.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan