Beda Era, Beda Cara

2,116 kali dibaca

Beberapa waktu lalu, penulis sempat melakukan perjalanan plus observasi dan wawancara kecil-kecilan ke beberapa pesantren sekaligus sowan kepada para pengasuhnya di sebagian daerah Madura, Jember, dan Situbondo. Selain itu, penulis juga ngobrol santai dengan para wali santri. Di sana, penulis melihat ternyata kehidupan para santri di pondok-pondok pesantren tersebut tidak jauh berbeda. Pemandangan yang penuh dengan kesederhanaan, aturan, sansi-sanksi dan pembatasan-pembatasan kerap mengiringi langkah mereka. Hal itu tentu bertujuan untuk mendidik kaum santri agar terbiasa hidup teratur dan penuh tanggung jawab.

Yang membuat penulis mengernyitkan dahi dan sedikit membelalakkan mata, yaitu karena adanya perbedaan mencolok antara santri dahulu (1990-an) dengan sekarang (2000-an). Contohnya dalam hal makan. Dulu pada era 1990-an akhir hingga 2010-an, mayoritas santri memasak sendiri makanan yang hendak dimakan, meski ada sebagian juga yang membeli di kantin atau membayar bulanan, yang dikenal dengan istilah “indekos”.

Advertisements

Perkara makan bukanlah hal yang sederhana bagi santri waktu itu. Dari mencuci beras secara antre, membeli lauk pauk sendiri ke pasar, yang tentu tidak mudah bagi santri putri untuk mendapatkan izin ke sana. Atau nitip ke para khadim dhalem yang hendak berbelanja ke luar. Jika tidak, maka biasanya kami para santri menunggu tukang jual ikan, sayur, dan lauk pauk lainnya yang waktunya tidak jelas kapan mereka datang dan pergi. Hingga kebiasaan merendam dan mengonsumsi mi instan dengan air mentah jika tidak ingin membeli air masak di kantin atau di dapur dhalem pengasuh.

Untuk tempat memasak para santri, pondok biasanya menyediakan dapur khusus santri. Kompor dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah, hingga panci dan wajan merupakan bagian terpenting dalam memasak. Yang paling naas ketika beras sudah dicuci, panci sudah siap di atas kompor, dan korek api sudah siap dinyalakan, eh minyak tanah habis dan sumbu kompor mengering. Hal ini biasanya kelakuan santri yang tidak bertanggung jawab dan tanpa izin memakai seenaknya kompor temannya.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

2 Replies to “Beda Era, Beda Cara”

Tinggalkan Balasan