Barongsai, Antara Perspektif Tionghoa dan Islam

1,305 kali dibaca

Tanggal 22 Januari 2023 menjadi hari libur nasional dalam rangka memperingati tahun baru China 2574, atau yang lebih sering kita dengar dengan tahun baru Imlek. Hal ini sebenernya sama dengan kalender-kalender yang lain, misalnya tahun baru Masehi pada tiap tanggal 1 Januari atau tahun baru Islam (Hijriah) yang jatuh pada tiap tanggal 1 Muharram.

Tahun baru Imlek menjadi momen yang spesial bagi masyarakat Tionghoa di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia, terlebih tahun baru Imlek di Indonesia melewati perjuangan berat atas diskriminasi terhadap etnis Tionghoa.

Advertisements

Pada masa Orde Baru, etnis Tionghoa di Indonesia mengalami diskriminasi yang cukup pelik, sekalipun status mereka sudah menyandang warga negara Indonesia. Presiden Soeharto pada waktu itu mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14 Tahun 1967, yang menginstruksikan etnis Tionghoa agar melaksanakan maupun merayakan acara keagamaan dan adat secara tertutup hanya di lingkungan mereka. Hal ini menjadi penjara bagi etnis Tionghoa di Indonesia. Secara sosial mereka mendapat stereotip yang kurang bagus dari masyarakat lainya, ditambah secara keagamaan dan budaya, mereka dibelenggu oleh negara.

Setelah 33 tahun mengalami diskriminasi, akhirnya etnis Tionghoa bisa menjalankan acara keagamaan dan tradisi mereka secara bebas. Di era kepemimpinannya, Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Inpres Nomor 14 Tahun 1967.

Dalam Keppres ini, penyelenggaraan kegiatan keagamaan, kepercayaan, dan adat istiadat Tionghoa dapat dilaksanakan secara terbuka dan tanpa memerlukan izin khusus. Atas jasanya ini pun, Gus Dur diangkat menjadi Bapak Tionghoa Indonesia, termasuk ikut serta meramaikan acara-acara besar etnis Tionghoa, salah satu perayaan yang terbesar adalah Tahun Baru Imlek.

Tahun Baru Imlek di Indonesia selalu menjadi perayaan yang ramai, sama halnya dengan tahun baru dalam hitungan kalenderr lainnya. Hal ini kerena perayaannya dilakukan secara terbuka dan dapat dinikmati (baca: ditonton) oleh semua khalayak. Kemunculan pertunjukan Barongsai dan Liong (tarian singa dan ular naga) menjadi momen yang selalu ditunggu, tidak hanya oleh etnis Tionghoa sendiri, melainkan oleh masyarakat luas. Kehadiran seni Barongsai selalu mendapatkan atensi khusus dari masyarakat, mengingat pertunjukkan yang seru dan iringan musiknya yang memecah keheningan.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan