Banjaran Karna

2,132 kali dibaca

Setelah ditolak mentah-mentah oleh Pandhita Durna, Radhea merasa bahwa adanya kasta di Dinasti Astina harus dihancurkan. Kenyataan inilah yang membentuk karakter Radhea menjadi murid yang gigih dalam mengisi hidupnya dengan ilmu.

“Sebagai anak kusir, tidak pantas melawan para Pengeran Astina. Jika diperbolehkan, semua rakyat pasti memberontak kepada kaum bangsawan sehingga kacaulah tatanan di negeri ini.” Perkataan Bisma itu terus terngiang. Seolah menjadi asap yang menyebar, menyesakkan dada. Membuat dada semakin sesak dengan api amarah.

Advertisements

“Kakek Bisma berkata seolah ia bijaksana. Kelak aku akan membuktikan bahwa aku bukanlah keturunan kesatria, tetapi layak menjadi raja dengan kemampuan ilmuku.”

***

Pernah terdengar olehnya ada seorang begawan yang sangat sakti. Yang pernah membunuh para kesatria yang angkuh di seluruh bumi. Begawan Ramaparasu, yaitu begawan yang menjadi guru para kesatria dan begawan terkenal, termasuk Pandhita Durna dan Bisma.

Radhea ingin berguru kepada Begawan Ramaparasu karena tak tahan terus dirundung penghinaan para kaum kesatria.

***

Suatu hari, ketika para Pandawa dan Kurawa berlatih dengan Pandhita Durna di pekarangan istana, Pandhita Durna meminta sebuah jeruk yang manis. Janaka bersedia mengambilkannya. Janaka memanah gagang buah jeruk dari jarak ratusan langkah. Saat Janaka mampu memanah gagang jeruk kemudian jatuh, anak panah Radhea menyambut buah tersebut. Anak panah yang meluncur dari busur menggila, sehingga membelah jeruk tersebut.

Raut wajah Pandhita Durna langsung kecut ketika murid kesayangannya tertandingi.

“Siapa yang melepaskan anak panah itu?”

“Saya, Radhea anak Adirata.”

“Siapa yang mengizinkan kamu memanah di area Istana Astina?” bentakann keras Pandhita Durna. “Apa yang kau inginkan di sini, anak kusir?”

Radhea pun bersimpuh, dan menyembah hormat kepada Pandhita Durna.

“Saya ingin diangkat menjadi murid Pandhita yang Bijaksana?”

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan