Bagaimana Penyair Bekerja

862 kali dibaca

Sebuah kemisteriusan yang senantiasa membuat kita penasaran, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana seorang penyair bekerja atau mengerjakan kata-kata.

Ketika kita membaca puisi-puisi penyair terutama yang berbahasa Indonesia, sebut saja generasi setelah Chairil Anwar, seperti Sapardi Djoko Damono, Goenawan Mohamad, Subagio Sastrowardoyo, kita menjadi sering bertanya-tanya sendiri, bagaimana mereka bisa menyusun kata-kata sedemikian rupa sehingga tampak padu, penuh makna dan pengkhayatan.

Advertisements

Sedangkan, kita tahu sendiri, bahwa mereka menulis di luar tatapan mata kita, tersembunyi dan sunyi. Kita hanya membacanya setelah karya-karya mereka jadi dan beredar, dan itu pun sangat terbatas sehingga seperti penulis sendiri harus susah payah mencari buku-buku mereka.

Tentu yang membuat penulis berburu buku puisi, selain karena rasa penasaran yang besar pada puisi itu sendiri, adalah karena penulis kebetulan mengambil studi di jurusan Sastra Indonesia, dan saat duduk di bangku kuliah nama mereka sering tertera di buku-buku kajian puisi dan sastra dengan begitu terhormat.

Penulis menjadi sangat penasaran mengapa yang namanya penyair itu begitu istimewa, pasti bukan karena orangnya saja, tapi terlebih karena puisinya. Lantas bagaimana puisi itu dibuat? Apakah dengan penuh rahasia?

Ketika penulis mendengar kisah tentang Chairil Anwar yang dituliskan oleh Sjuman Djaya, digambarkan ia (Chairil Anwar) suka keluyuran ‘menembus malam’, duduk sepi di pinggir rel kereta sambil suntuk membaca buku, berjalan entah ke mana, memikirkan kata setiap saat baik sendiri atau bersama orang lain, mencatat frasa-frasa sambil mengucap-ucapkannya, menerjemah puisi berbahasa asing, mencuri buku yang menarik, dst.

Sederet kebiasaan itu tentu tidak lazim bagi kebanyakan orang, dan terkesan seperti tidak ada kerjaan. Tapi hal yang sama pun berlaku pada penyair-penyair di belahan dunia lain, sebut saja John Keats yang suka mengamati tumbuh-tumbuhan, bebungaan, serangga, lebah, dst. Atau Walt Withman yang menyukai rumpun bunga di taman-taman atau Robert Frost yang mencintai perjalanan dan hutan, atau Pablo Neruda yang suka berjalan di tepi pantai untuk memperhatikan laut, dll.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan