Arus Balik Keindonesiaan

662 kali dibaca

Ini bukan tentang yang tampak. Tapi tentang arus balik yang terjadi di bawah permukaan. Arus balik keindonesiaan.

Saya ingin memulainya dengan kenangan masa kecil. Masa kecil yang saya habiskan di ujung timur Pulau Jawa. Kebetulan, jika diteropong dengan teori sosial kekinian, rumah saya berada di “garis demarkasi” identitas sosial.

Advertisements

Di sisi selatan, yang dibelakangi rumah saya, adalah komunitas santri.  Ada pesantren, beberapa masjid, banyak musala. Sebagai komunitas santri, mereka adalah orang-orang yang tekun belajar agama, rajin beribadah.

Di sisi utara, yang berada di depan rumah saya dan hanya dipisahkan  oleh sebuah jalan desa, adalah komunitas abangan. Mereka adalah, lagi-lagi jika diteropong dengan teori sosial, orang-orang yang disebut “Islam KTP”. Ke masjid hanya setahun sekali untuk ikut salat Idul Fitri.

Di sisi timur, yang lebih dekat ke arah daerah Alas Purwo, adalah komunitas Hindu. Tentu saja ada banyak pura, tempat peribadatan mereka, di sana.

Itulah “garis demarkasi” identitas sosial yang tegas. Tapi di sisi-sisi yang lain, di sela-sela kantung-kantungnya, “garis demarkasi” itu semakin kabur. Orang-orang hidup bercampur dengan kepercayaan dan agama yang berbeda-beda, dengan suku dan ras yang berlain-lainan pula. Itulah hidup bebrayan.

Sampai kelak saya berkelana ke mena-mana, tak ada yang salah dengan itu semua. Saya, yang saban malam ngaji dan kemudian tidur di musala, tak pernah melihat telunjuk guru-guru saya menuding ke arah lain: “Mereka kafir, mereka ahli neraka!” Karena itu, bersama kawan-kawan yang lain, saya leluasa berkunjung ke rumah tetangga-tetangga yang sedang merayakan Galungan. Saat Idul Fitri, giliran mereka berkunjung, dan kami saling bermaafan. Itulah hidup bebrayan.

Sampai kelak kemudian, pada suatu titik, saya menjadi terheran-heran: kenapa berbeda identitas, berbeda agama, berbeda kepercayaan, berbeda keyakinan, lantas bisa menjadi suatu masalah, seperti yang kita lihat belakangan ini?

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

One Reply to “Arus Balik Keindonesiaan”

Tinggalkan Balasan