Arti Takjil yang Sesungguhnya

941 kali dibaca

Bulan Ramadan merupakan bulan yang kedatangannya sangat dinanti oleh kaum muslim di seluruh dunia. Karena, di bulan inilah ibadah-ibadah yang dikerjakan akan dilipatgandakan pahalanya dan juga dihapuskan dosa-dosanya.

Rasa suka cita akan kedatangan bulan suci ini direpresentasikan oleh banyak orang khususnya masyarakat Indonesia dengan cara beragam. Mulai dari kerja bakti membersihkan musala dan masjid, berziarah ke makam keluarga, dan bersedekah kepada kaum fakir miskin.

Advertisements

Selain kemuliaan yang terkandung di bulan Ramadhan tersebuat, ada sisi lain mengapa banyak kaum muslim sangat berbahagia dengan datangnya bulan suci Ramadan. Yaitu, karena ada tradisi-tradisi yang hanya lumrah dilakukan di bulan ini. Seperti, ngabuburit, buka bersama, tadarus bersama setelah salat tarawih, dan takjil.

Salah satu yang paling menarik dari tradisi-tradisi tersebut adalah takjil. Sudah melekat di benak orang-orang bahwa takjil merupakan makanan pembuka ketika berbuka puasa. Makanan pembuka tersebuat biasanya berupa makanan ringan yang manis seperti kurma, kolak, es campur, dan lain sebagainya.

Namun, apakah betul bahwa makna takjil sebenarnya merupakan makanan pembuka saat berbuka puasa?

Jika dikaji lebih lanjut, kata takjil berakar dari Bahasa Arab تعجيل memakai ع ( ‘ain ) bukan أ (hamzah) yang berarti menyegerakan. Dalam konteks ini, takjil berarti menyegerakan untuk berbuka puasa. Rasulullah SAW menganjurkan, sebelum berbuka dengan makanan yang berat, terlebih dahulu dibatalkan dengan makanan ringan dan manis seperti kurma.

Hal ini selaras dengan sabda Nabi:

لايَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ

“Senantiasa manusia di dalam kebaikan selama menyegerakan berbuka,” [Hadis Riwayat Bukhari 4/173 dan Muslim 1093].

Jadi, perlu diingat bahwa takjil merupakan penyegeraan untuk membatalkan puasa dengan sesuatu. Bukan makanan seperti kolak, kurma, dan biji salak.

Tulisan ini disusun sekadar untuk pengetahuan saja. Bagi penulis pribadi, pergeseran makna takjil tidak memberikan pengaruh yang berarti. Yang menjadi esensial adalah bagaimana mengikuti Sunnah Rasul untuk berbuka dengan makanan ringan yang manis.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan