Al-Kahfi dan Tradisi Santri Tebuireng

1,469 kali dibaca

Sudah menjadi tradisi bagi kami, santri Tebuireng, berziarah ke maqom para muassis pesantren, tanpa terkecuali bagi yang telah menjadi alumni Pesantren Tebuireng. Dan, ketika berziarah, rasanya kurang afdhol jika tidak membaca surat al-Kahfi.

Pembacaan surat al-Kahfi saat berziarah ke maqom para muassis pesantren memang sudah menjadi tradisi dan mendarah daging bagi para santri Tebuireng, sejak dulu hingga saat ini. Seperti riwayat dan cerita dari para guru kami di pesantren, bahwa al-Kahfi merupakan merupakan salah satu surat yang menjadi kegemaran dari pendiri Pondok Pesantren Tebuireng Hadratusyaikh KH Hasyim Asy’ari. Dari sanalah, pembacaan surat al-Kahfi kemudian menjadi tradisi paling masyhur di kalangan santri Tebuireng saat sowan kepada muassis di maqbaroh untuk ngalab barokah.

Advertisements

Salah satu guru kami, Dr KH Musta’in Syafi’i, pernah memberikan penjelasan perihal spirit dan semangat yang melandasi kecintaan Hadratusysyeikh KH Hasyim Asy’ari terhadap surat ini. Dengan pembacaan surat al-Kahfi, KH Hasyim Asy’ari berharap para santrinya bisa memetik hikmah dan inspirasi dari para tokoh yang diceritakan di dalam surat al-kahfi.

Setidakya ada empat tokoh yang bisa menjadi acuan para santri dalam surat ini agar memiliki pandangan dan motivasi ke depan hendak menjadi apa dan harus bersikap seperti apa. Di antara tokoh yang bisa diteladani dalam surat al-kahfi ini adalah, pertama, cerita tentang para pemuda Ashabul Kahfi.

Selaras seperti apa dijelaskan oleh guru kami tentang hebatnya keimanan yang dimiliki para pemuda ini hingga mencapai tingkatan yang sangat tinggi, sampai tiada yang lebih ditakutkan oleh mereka kecuali Allah. Mendengar penjelasan seperti ini, tentunya kami sebagai para santri dituntut untuk mengambil hikmah dari cerita tersebut guna memperkuat ideologi keimanan kita kepada Allah.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan