Al Ittifaq, Dulu Pondok Kolot Kini Milenial

2,972 kali dibaca

Al-Ittifaq, pondok pesantren yang berada di Bandung, bertransformasi dari sistem pendidikan yang kolot ke milenial. Al-Ittifaq kini menjadi salah satu pesantren modern yang jadi pusat pengembangan agroindustri.

Didirikan pada 1934 di Kampung Ciburial, Desa Alamendah, Kecamatan Rabcabali, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Al-Ittifaq adalah tipikal pondok pesantren pada zamannya. Didirikan oleh KH Mansyur yang memiliki jiwa nasonalisme tinggi dan sangat anti-penjajah, pesantren yang berada di ketinggian Bandung bagian selatan ini benar-benar menerapkan sistem pendidikan yang dari kaca mata kekinian terbilang sangat kolot.

Advertisements

Sebagai pesantren salafiah, pada tahun-tahun awal pesantren ini hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama yang bersumber dari al-Quran, Kadits, dan kitab-kitab kuning (kutubus salafiyah) belaka. Bahkan, KH Mansyur mengharamkan santri menulis dengan huruf latin. Hal-hal yang berbau atau menjadi symbol modernitas juga diharamkan. Santri tidak boleh menggunakan alat-alat dan produk elektronik seperti mic, radio, televisi, dan semacamnya. Bahkan, santri juga dilarang kenal atau memiliki hubungan dengan pejabat pemerintah. Mereka masih dianggap sebagai antek penjajah.

Ketika KH Mansyur wafat pada 1953, kepemimpinan diteruskan putranya, H Rifai. Dia meneruskan sistem pendidikan yang diwariskan KH Mansyur. Dengan kekolotannya, plus letaknya yang berada di daerah terpencil, keberadaan Pondok Pesantren Al-Ittifaq pun terkucil dan terasing. Wajar jika kemudian perkembangan pesantren ini sangat lamban. Hingga H Rifai meninggal pada 1970, jumlah santri yang mondok di pesantren tak lebih dari 30-an orang.

Transformasi “Sayuriah”

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan