ACT dan Keserakahan Manusia Berjubah Agama

624 kali dibaca

Logo ACT memang seringkali saya temui di pinggir-pinggir jalan dan media sosial tentang beragam ajakan aksi kemanusiaan, terlebih untuk isu-isu kemanusiaan seperti Palestina. Jujur harus saya akui bahwa saya memang jarang mengikuti aksi kemanusiaan atau kini dikenal dengan open donation, aksi cepat tanggap, bantu sesama, dan lain sebagainya lewat organisasi Aksi Cepat Tanggap (ACT).

Kalaupun saya dan kawan-kawan saya ingin mengadakan aksi kemanusiaan, lebih baik saya salurkan lewat lembaga Nahdlatul Ulama (NU), seperti NU Care-LazisNU karena saya memang warga NU secara kultural. Di satu sisi, kita mempunya BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) yang memang milik negara, atau mungkin LazisMU yang dimiliki oleh Ormas Muhammadiyyah. Lha, mengapa harus ACT sih?

Advertisements

Track record tentang organisasi ACT ini dapat pembaca yang budiman ketahui lewat sumber-sumber lain maupun dari website resmi ACT sendiri. Sebagai penulis, mungkin artikel ini akan berisi topik bahasan dalam konteks kritikikan maupun pertanyaan mengapa dulu harus lewat ACT. Tentunya artikel ini bukan sebab-akibat ingin menjustifikasi bahwa ACT adalah organisasi abal-abal atau semacamnya. Isi artikel ini penulis harap menjadi bahan diskusi dan kajian bersama.

Prahara ACT

Ada seloroh atau tagline yang cukup tenar dari ACT sendiri: “di mana ada bencana, di situ ada ACT.” Terdengar menarik bukan? Tagline ini menjadi semacam diksi agar ACT dapat dikenali oleh khalayak ramai. Di satu sisi tentunya kita tidak melupakan aksi-aksi kemanusiaan ACT ini.

Kasus atas prahara yang menimpa ACT telah menyita perhatian publik dan kini sedang ditangani penegak hukum. Hal ini setelah bagaimana pengelolaan keuangan di ACT dibongkar oleh Majalah  Tempo. Berdasarkan pemberitaan Tempo, ada dugaan penyelewengan dana umat yang mencapai ratusan miliar rupiah yang dilakukan pengelola ACT.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan