Imajinasi Arsitektur Masjid Perumahan

1,656 kali dibaca

“Kenapa bangunan masjid sekarang lebih kearab-araban, meski lingkungan sekitarnya perumahan modern? Apa yang diimajinasikan umat Islam atas arsitektur ibadahnya?” pertanyaan ini terbesit ketika saya salat di masjid di salah satu kompleks perumahan di Tebet, Jakarta.

Saya tinggal di Bekasi, dibesarkan di Desa Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, dan berkuliah di Yogyakarta. Tiga kota ini memiliki profilnya masing-masing yang dapat menjelaskan kenapa arsitektur masijid dapat berbeda satu daerah dan yang lainnya. Tetapi, karena keterbatasan ruang, hanya masjid di Bekasi dan di Cirebon saja yang akan dibahas.

Advertisements

Di Bekasi, saya tinggal di perumahan di kotamadya. Berbeda dengan Cirebon dan Yogyakarta, Bekasi adalah kota ‘gelembung’. Artinya, secara sosiologis tersekat oleh gelembung-gelembung perumahan, yang di sudut-sudutnya menyisakan apa yang disebut sebagai ‘kampung kota’. Pembagian antara perumahan dan kampung kota tidak hanya memuat klasifikasi ekonomi (kelas menengah-atas dan kelas bawah) dan etnisitas (antara pendatang dan pribumi Betawi), melainkan juga memuat klasifikasi imajinasi arsitektur masjid.

Masjid kampung biasanya menggunakan desain klasik ala surau lawas. Bentuknya kotak, dan atapnya berbentuk limas bersusun. Kadang, sebagian masjid kampung juga memiliki menara. Mungkin hanya masjid yang baru-baru ini dibangun mulai menggunakan kubah.

Di kawasan perumahan, setidaknya ada tiga jenis arsitektur masjid yang populer digunakan: Timur Tengah, Barok (Baroque), dan modern-minimalis. Di antara tiga jenis arsitektur tersebut, gaya Timur Tengah adalah yang paling mudah ditemukan. Kalau Anda sempat berjalan-jalan di kawasan urban Jabodetabek, dan menginap di rumah teman yang tinggal di perumahan, tengoklah masjid kompleksnya.

Di situ, biasanya akan terlihat pintu ala Masjid Umar bin Khattab di Saudi Arabia, ornamen lampu ala Masjid Haram, ornamen geometrik ala Iran, lampu kristal ala Eropa, dan gypsum bergaya Barok. Unsur barok memang sering kali membaur bersama unsur Timur Tengah. Sulit untuk menemukan masjid yang mengadopsi gaya arsitektur barok sepenuhnya. Penyebabnya mungkin karena kekhawatiran menyerupai gereja bila masjid menggunakan arsitektur barok sepenuhnya.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan